Sukarno The Great Leader Of Revolution

Nasionalism, Religion and Communism.

Tan Malaka The Forgotten Heroes

Capitalism is Crashed.

Shut Down Your TV

Reading, Thinking, Discussion, and Organizing For Better World.

All Cops As Bastard

Because it is watchdog of capitalism.

DN Aidit

Fight For Land Reform.

Kamis, 23 Juni 2016

AMANAT PJM PRESIDEN SOEKARNO

AMANAT PJM PRESIDEN SOEKARNO PADA RAPAT UMUM FRONT NASIONAL
DI ISTORA SENAYAN JAKARTA, 13 FEBRUARI 1966

Saudara-saudara dan anak-anakku sekalian,
Saya mulai dengan bertanya, apa benar saudara-saudara semua menganggap saya Pemimpin Besar Revolusi? (Benar, jawab hadirin riuh –red)
Apa benar saudara-saudara semuanya menganggap saya Bapakmu? (Benar, jawab hadirin riuh –red)
Nah, dengarkanlah amanatku ini dengan minat anak kepada amanat Bapak, minat mausia revolusioner terhadap kepada Pemimpin Besar Revolusi.
Saya kok ingin didampingi mahasiswa baju hijau yang duduk dipojok sana itu.

Saudara-saudara, Saya ini murid dari pada pemimpin-pemimpin lain yang bertugas menggerakkan massa, murid dari almarhum Tjokroaminoto, murid dari juga pemimpin dari luar negeri, murid dari August Bebel, pemimpin Sosialis di Jerman, pemimpin dari Lenin di dalan hal pergerakkan massa, Lenin, Saudara-saudara tahu, pemimpin di Soviet ini, pemimpin juga dari Revolusi Prancis, Mirabeau dan Danton, pemimpin Revolusi Tiongkok, untuk mempersatukan dan menggerakkan seluruh rakyat Tiongkok, Sun Yat Sen, pemimpin daripada Mesir, Mustafa Kamil, jangan dikelirukan dengan Mustafa Kemal dari Turki. Mustafa Kamil ialah yang menggerakkan massa Mesir dan dari pemimpin-pemimpin lain-lain, bahkan murid dari pemimpin Fasis, Adolf Hilter.
Saya murid antara lain, saya tadi berkata dari Adolf Hilter dalam hal begaimana menggerakkan massa, meskipun saya tentu tidak setuju dengan banyak apa yang dikerjakan oleh Adolf Hilter, tapi salah satu pokok dari ajaran mereka, pemimpin-pemimpin ini dalam hal menggerakkan massa ialah jangan memaro tingal mereka, maro tingal, maro itu diparo, dibelah, tingal yaitu pandangan, jangan massa, rakyat dibelah pandangannya, jangan massa diajak memikirkan atau melihat pada sesuatu saat kepada dua hal, atau tiga hal, empat hal, lima hal. Tetapi pusatkan kepada satu, dan kepada satu ini, ini kata Danton, pemimpin Prancis, frappez toijours, frappez, frappez toujours, frappez, frappez toujours, artinya, hayo hantam itu saja berkali-kali.
Ini menjadi ajaran bagiku, segala taktik daripada pemimpin yang saya sebutkan tadi itu, bagaimana caranya menggerakkan massa itu?
Nah, sekarang Saudara-saudara, kita berkumpul disini untuk apa ? untuk apa ?  Kan sudah diumumkan menyukseskan Conefo. Malah sebagai tadi dikatakan oleh bapak Chaerul Saleh di dalam usul resolusinya, yang usul resolusinya itu saudara semua terima, yaitu untuk mengutuk perbuatan Amerika Serikat dalam menggempur Vietnam. Untuk menyatakan kepada Presiden Filipina, Ferdinand Marcos bahwa jikalau tetap atau terus Presiden Filipina, Ferdinand Marcos itu mengakui Malaysia, itu berarti menyalahi, tidak setia kepada Manila Agreement yang telah ditandatanggani oleh Presiden Filipina, Diosdado Macapagal, oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno, oleh Tengku Abdul Rahman Putra. Jadi kita sudah tahu ini sidang, ini rapat, rapat umum ini buat apa ? Maka saya minta kepada semua hadirin dan hadirat, konsenter kau punya pikiran hanya kepada itu ! Jangan maro tingal, Saudara-saudara, lha didalam rapat begini mengeluarkan yel keluarkan PKI, ( Akur, jawab hadirin riuh-red ), didalam rapat ini yel pangan dan sandang, ( Akur, jawab hadirin riuh-red ).
Saya minta didalam rapat ini, rapat ini, rapat ini, kita semuanya menkonsenter kita punya pikiran hanya pada penggayangan Malaysia, hanya kepada menentang keputusan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos untu mengakui Malaysia, hanya kepada Amerika Serikat yang telah mengadakan bombardemen-bombardemen di Vietnam, dan hanya kepada kesuksesan Conefo, dan hanya membentuk kepada barisan Soekarno, Jangan paro tingal, jangan paro tingal!.

     Tadi dengan tegas, Saudara-saudara, oleh pak Chaerul Saleh dikatakan bahwa penggayangan Malaysia, bahwa pengutukan perbuatan Amerika Serikat di Vietnam, bahwa penentang usaha dari Presiden Marcos untuk mengakui Malaysia, bahwa pembentukan Barisan Soekarno, semuanya itu bersumber harusnya pada persatuan bangsa Indonesia, persatuan bangsa Indonesia, persatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, persatuan bangsa Indonesia dari segala golongan dan alam pikiran. 
Pak Chaerul Saleh telah berkata, kalau benar-benar kita berdiri dan memegang teguh kepada Panca Azimat Revolusi, lha pak Chaerul Saleh tadi malahan berkata suksesnya Conefo hanya bias dicapai dengan pikiran atas Panca Azimat Revolusi, maka kita harus menyadari benar-benar akan isi dan kehendak daripada Panca Azimat Revolusi itu, jangan seperti sekarang ini sering dilupakan. Dan pak Chaerul Saleh dengan tegas mengatakan, apa Panca Azimat Revolusi itu? Nomor satu, Nasakom, apalagi mahasiswa-mahasiswa yang sedang tekun belajar harus mengetahui bahwa Bapakmu ini sudah dalam tahun 1925, 1926 lebih tua atau lebih muda daripadamu sekarang ini, tahun 1925, 1926 itu Bapak telah memformulir ide Nasakom, persatuan daripada seluruh golongan Indonesia Satu, ya Nas, ya A, ya Kom.
Demikian pula ditegaskan oleh pak Chaerul Saleh, Pancasila. Syukur alhamdulillah saya lah yang diberi karunia oleh Tuhan. Saya, terus terang ya, ini tidak simpatik, tempo hari tatkala saya berpidato dihadapan Sidang Kabinet Paripurna di Bogor, pada waktu itu saya bicara tentang demontrasi-demontrasi mahasiswa, Saya berkata, isinya permintaan-permintaannya, saya bisa mengerti, tapi caranya saya katakan salah dan tidak sopan, tidak simpatik! Saya berkata, itu tidak berkesesuaian dengan kepribadian Indonesia, karena itu lho nak, saya minta anak berdiri juga dekat anak ini, supaya anak pun mengerti betul-betul apa itu kepribadian Indonesia.
Pancasila demikian pula adalah pemersatu. Hal ini sudah berulang-ulang kukatakan, bahwa tahun 1945 bulan Juni, tatkala aku mempersembahkan Pancasila kepada Sidang Dokuritsu Zunbi Tjosakai, saya telah berkata, inilah pemersatu daripada bangsa Indonesia seluruhnya, dari semua aliran apapun, demikian pula Manipol-USDEK, Membaca pidato Manipo-USDEK.. Demikian pula Tri Sakti, demikian pula Berdikari, semuanya itu harus dijalankan, dilaksanakan dengan persatuan yang kokoh, malahan aku kadang-kadang memakai perkataan Belanda, De samenbundeling van alle revolutionnaire kracbten, samenbundeling daripada semua revolutionnaire kracbten.
Nah ini, Saudara-saudara, sejak dari saya umur 25 tahun, saya sudah bekerja mati-matian untuk samenbundeling semua revolutionnaire kracbten buat Indonesia ini, untuk menggabungkan menjadi satu semua aliran-aliran, golongan-golongan, tenaga-tenaga revolusioner didalam kalangan bangsa Indonesia. Dan sekarang pun usaha ini masih terus saya jalankan dengan karunia Allah SWT.
Saya sebagai Pemimpin Besar Revolusi, sebagai Kepala Negara, sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, saya harus berdiri bukan saja di atas semua golongan, tetapi sebagai kukatakan tadi, berikthtiar untuk mempersatukan semua golongan, ya golongan Nas, ya golongan A, ya golongan Kom. Kita punya kemerdekaan sekarang ini, Saudara-saudara, hasil daripada keringat dan darah ya Nas, ya A, ya Kom, jangan ada pula satu golongan berkata, ooo, ini kemerdekaan ini hanya hasil perjuangan kami, Nas saja. Jangan ada satu golongan berkata, ooo, ini kemerdekaan adalah hasil daripada perjuangan-perjuangan kami, A saja, jangan ada pula golongan yang berkata, kemerdekaan ini hasil daripada perjuangan kami, golongan Kom saja, TIDAK !, Sejak aku masih muda belia, Saudara-saudara, aku melihat bahwa golongan ini semuanya, semuanya membanting tulang, berjuang, bahkan berkorban untuk kemerdekaan Indonesia. 
Saya sendiri adalah Nas, tetapi aku, demi Allah, tidak akan berkata kemerdekaan ini hanya hasil daripada perjuangan Nas, aku pun orang agama, bisa dimasukkan ke dalam golongan A, ya pak Saifuddin Zufri, saya ini? Malahan saya ini oleh dunia Islam Internasional, diproklamirkan menjadi Pahlawan Islam dan kemerdekaan, tetapi demi Allah, demi Allah, demi Allah SWT, tidak akan saya berkata bahwa perjuangan kita ini, hasil perjuangan kita, kemerdekaan ini adalah hasil daripada perjuangan A saja.
Demikian pula aku tidak akan mau menutup mata bahwa golongan Kom, masya Allah, Saudara-saudara, urunannya, sumbangannya, bahkan korbannya untuk kemerdekaan bukan main besarnya, bukan main besarnya !  Karena itu kadang-kadang sebagai Kepala Negara saya bisa akui, kalau ada orang berkata bb, Kom itu tidak ada jasanya dalam perjuangan kemerdekaan, aku telah berkata pula berulang-ulang, malahan dihadapan partai-partai yang lain, dihadapan parpol-parpol, diantara semua parpol-parpol, ya baik dari Nas maupun dari A, tidak ada yang telah begitu besar korbannya untuk kemerdekaan Indonesia daripada golongan Kom ini, katakana PKI, Saudara-saudara. 
Demikian pula aku tidak akan mau menutup mata bahwa golongan Kom, masya Allah, Saudara-saudara, urunannya, sumbangannya, bahkan korbannya untuk kemerdekaan bukan main besarnya, bukan main besarnya ! Karena itu kadang-kadang sebagai Kepala Negara saya bisa akui, kalau ada orang berkata bb, Kom itu tidak ada jasanya dalam perjuangan kemerdekaan.

Aku telah berkata pula berulang-ulang, malahan dihadapan partai-partai yang lain, dihadapan parpol-parpol, diantara semua parpol-parpol, ya baik dari Nas maupun dari A, tidak ada yang telah begitu besar korbannya untuk kemerdekaan Indonesia daripada golongan Kom ini, katakana PKI, Saudara-saudara.
Saya pernah mengalami, saya sendiri lho mengalami, Saudara-saudara, mengantar 2.000 pemimpin PKI dikirim oleh Belanda ke Boven Digul, hayo, parpol lain mana ada sampai 2.000 pemimpinnya sekaligus diinternir, TIDAK ADA ! Saya pernah sendiri mengalami dan melihat dengan mata kepala sendiri, pada suatu saat 10.000 pemimpin daripada PKI dimasukkan di dalam penjara, dan menderita dan meringkuk di dalam penjara yang bertahun-tahun.
 
Saya Tanya, ya Tanya dengan terang-terangan, mana ada parpol lain, bahkan bukan parpolku, aku pemimpin PNI, aku ya dipenjarakan, ya diasingkan, tetapi PNI pun tidak sebesar itu sumbangannya kepada kemerdekaan Indonesia daripada apa yang telah dibuktikan oleh PKI, Ini harus saya katakana dengan tegas, kita harus adil, Saudara-saudara, adil, adil, adil, sekali lagi adil.
Aku, aku sendiri menerima surat, kataku beberapa kali di dalam pidato, surat daripada pemimpin PKI yang hendak keesokan harinya digantung mati oleh Belanda, yaitu di Ciamis, ya, dengan cara rahasia mereka itu, 4 orang mengirim surat kepada saya, Keesokan harinya akan digantung di Ciamis. Mengirim surat kepada saya bunyinya apa? Bung Karno, besok pagi kami akan dihukum di tiang penggantungan, tapi kami akan jalani hukuman itu dengan ikhlas, oleh karena itu kami berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Kami berpesan kepada Bung Karno, lanjutkan perjuangan kami itu, yaitu perjuangan mengejar kemerdekaan Indonesia.
Jadi aku melihat 2.000 sekaligus ke Boven Digul, berpuluh-puluh sekaligus masuk dalam penjara, dan bukan penjara satu-dua tahun, tetapi ada yang sampai 20 tahun, Saudara-saudara, Aku pernah mengalami seseorang di Sukabumi, saya tanya Bung, hukumanmu berapa ? 54 tahun. Lho bagaimana bisa 54 tahun itu? Menurut pengetahuanku kitab hukum pidana tidak ada menyebutkan lebih daripada 20 tahun. 20 tahun atau seumur hidup atau hukuman mati, itu tertulis di dalam Wetbook Van Strafrecbt, kenapa Bung itu kok 54 tahun ? Ya, pertama kami ini dihukum 20 tahun, kemudian di dalam penjara, kami masih mempropagandakan kemerdekaan Indonesia antara kawan-kawan pesakitan, hukuman. Itu konangan, konangan, ketahuan, saya ditangkap, dipukuli dan penjaga yang memukuli saya itu, saya tikam mati, sekali lagi aku diseret di muka hakim, dapat tambahan lagi 20 tahun, menjadi 40 tahun. Sesudah saya mendapat vonis total 40 tahun, ini saya tidak ada lagi untuk harapan untuk bisa keluar dari penjara, sudah hilang-hilangan hidup saya di dalam penjara ini, saya tidak akan menaati segala aturan-aturan di dalam penjara. Saya di dalam penjara ini terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada satu waktu, saya ketangkap lagi, oleh karena saya berbuat sebagai yang dulu, saya menikam lagi, tapi kali ini tidak mati, tambah 14 tahun, jadi 20 + 20 + 14 = 54 tahun.
Ini dari Minangkabau, Saudara-saudara, Dia itu tiap pagi -subuh sudah sembahyang, dan selnya itu dekat saya, saya mendengar dia punya doa kepada Allah SWT : Ya Allah, Ya Robi, aku akan mati di dalam penjara ini, tetapi bagaimana sembahyangku ini, sholatku ini, maka hidup dan matiku adalah untuk Engkau.
Coba, coba, coba, coba !, lha kok ada sekarang ini golongan-golongan yang berkata bahwa Komunis atau PKI tidak ada jasa di dalam kemerdekaan Indonesia ini, sama sekali TIDAK BENAR !, Aku bisa menyaksikan bahwa diantara parpol-parpol malahan mereka itu yang telah berjuang dan berkorban paling besar !.
Sumber: Revolusi Belum Selesei; kumpulan pidato presiden Soekarno (30 september 1965 – pelengkap nawaksara), Semarang; Mesiass, 2003

Rabu, 22 Juni 2016

Ini Pidato Presiden Soekarno saat Pembebasan Irian Barat

Saudara-saudara sekalian,
Sebagai dikatakan oleh Sri Sultan tadi, hari ini adalah hari tepat 13 tahun yang lalu yang Kota Yogyakarta atau lebih tepat lagi Republik Indonesia diserang oleh pihak Belanda. 13 tahun yang lalu mulailah apa yang kita namakan aksi militer yang kedua yang dijalankan oleh pihak Belanda terhadap Republik Indonesia.

Sebagai saudara-saudara mengetahui, aksi militer itu yang dimulai 13 tahun yang lalu disini, adalah aksi militer yang kedua, berarti bahwa kita mengalami pula aksi militer yang pertama. Dan aksi militer yang pertama itu mulai berlangsung pada tanggal 21 Juli 1947. Tetapi jikalau ditinjau sebagai suatu keseluruhan, ditinjau sebagai satu kejadian sejarah, maka sebenarnya kita tidak mengalami hanya aksi militer dua kali dari pihak Belanda itu, –pertama, 21 Juli 1947, kedua, 19 Desember 1948. Tidak, tetapi sebenarnya pihak Belanda imperialisme Belanda, telah beratus-ratus kali menjalankan aksi militer kepada bangsa Indonesia.
Saudara-saudara mengetahui, bahwa pihak Belanda mulai datang di sini, di Indonesia, pada tahun 1596, tatkala laksamana Cornelis de Houtman menjatuhkan sang jangkarnya di Teluk Banten. Sejak daripada itu, Saudara-saudara, ikhtiar Belanda untuk menduduki seluruh Indonesia selalu disertai dengan kekerasan senjata. Maka oleh karena itulah saya katakan, bahwa pihak Belanda sebenarnya telah beratus-ratus kali menjalankan aksi militer terhadap bangsa Indonesia. Dan sebagai satu kebanggaan bagi rakyat Yogyakarta saya berkata di sini, bahwa dari daerah Yogyakarta-lah datang pertama kali penentangan, menentang hebat kepada imperialisme Belanda itu. Yaitu tatkala Sultan Agung Hanyokrokusumo menggerakkan tentaranya dari daerah Yogyakarta ini menyerbu yang dinamakan kota Batavia pada waktu itu. Maka oleh karena itu, tepat sekali-lah usul dari Saudara Prof. Mr. Moh. Yamin di dalam sidang pertama dari pada Dewan Pertahanan Nasional, agar supaya Komando yang akan saya berikan itu, insya Allah, jangan diberikan di tempat lain, melainkan di tempat Yogyakarta, pusat daripada perlawanan terhadap imperialisme Belanda.
Saudara-saudara, ya, pada tanggal 17 Agustus 1945 kita memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, kita mendirikan Republik Indonesia yang sekarang ini telah berdiri dengan tegapnya, meskipun dihantam beberapa kali oleh pihak Belanda, berdiri dengan tegapnya dan malahan pada hari ini dengan hati yang tetap hendak memasukkan pula daerah Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan kita.
Tetapi saudara mengetahui, Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah salah satu puncak saja daripada ikhtiar bangsa Indonesia untuk mendirikan negaranya sendiri. Saudara mengetahui, bahwa berpuluh-puluh tahun sebelum itu bangsa Indonesia telah bangkit, telah bangkit untuk menjadi suatu bangsa yang merdeka, meskipun dijajah telah ratusan tahun, meskipun diinjak-injak telah ratusan tahun, meskipun telah dilaparkan ratusan tahun, meskipun dihina ratusan tahun, meskipun dijadikan satu bangsa yang papa-sengsara ratusan tahun, meskipun diikhtiarkan agar supaya semangat nasional padam sama sekali, toh sebagai berulang-ulang saya katakan, kita bangkit kembali.
Saya pernah berkata, janganpun manusia, janganpun bangsa, cacingpun akan bergerak-gerak berkeloget-keloget jikalau kita injak. Bangsa Indonesia bergerak, mengadakan gerakan-gerakan yang dinamakan gerakan nasional, yang gerakan itu makin melebar, mendalam, melebar, mendalam, melebar, mendalam, akhirnya meliputi seluruh Indonesia. Melebar, mendalam, melebar, mendalam, akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 meledak sebagai revolusi Indonesia yang pertama.
Dan pada saat itulah, Saudara-saudara, Republik Indonesia berdiri. Republik Indonesia mengibarkan bendera Indonesia, dan bukan saja bendera Indonesia itu dikenal oleh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, tetapi bendera Indonesia itu sekarang, dihormati oleh sebagian besar daripada ummat manusia. Bendera Indonesia orang lihat berkibar di kedutaan besar kita di Washington, orang melihat bendera Sang Merah Putih berkibar di London, orang melihat bendera Sang Merah Putih berkibar di Moskow, berkibar di Kairo, berkibar di Paris, berkibar di Mexico City, berkibar di Ottawa, pendek kata, bendera Sang Merah Putih telah dikenal oleh seluruh manusia di dunia ini dan sebagai saya katakan, sebagian terbesar daripada ummat manusia itu menghormati bendera sang Merah Putih. Hanya imperialis-imperialis dan antek-anteknya imperialis yang tidak menghormati bendera Sang Merah Putih itu. Dan saya berkata, insya Allah S.W.T., nanti akan datang saatnya yang seluruh manusia di dunia ini menghormati bendera Sang Merah Putih dimanapun juga berkibar.
Saudara-saudara sekalian, sebagai yang sudah Saudara ketahui, kita telah berdiri sebagai negara merdeka sejak 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Sekarang sudah tahun 1961, sudah 16 tahun lamanya dan memang kita telah bertekad, supaya kemerdekaan Indonesia ini bukan hanya 16 tahun, tetapi sumpah kita sejak daripada tanggal 17 Agustus 1945 ialah: Sekali merdeka tetap merdeka, sampai akhir zaman.
Pada ini hari saya datang di Yogyakarta. Seluruh, boleh dikatakan seluruh diplomat-diplomat, wakil-wakil negara asing, duta-duta besar ikut menyertai kedatangan saya di kota ‘Mataram’ ini. Hampir seluruh Menteri-menteri ikut datang di sini, kepala-kepala Staf daripada Angkatan Perang kita komplit semua ada di sini. Kepala daripada Kepolisian Negara ada di sini pula. Pendek kata, mereka semuanya, pihak duta-duta besar ingin mendengarkan apa komando yang akan diberikan oleh Presiden Sukarno kepada rakyat Indonesia. Dan para Menteri, para Kepala Staf, pendek, seluruh rakyat Indonesia ingin melaksanakan apa yang dikomandokan oleh Presiden Sukarno itu, agar supaya Irian Barat masuk lekas di dalam wilayah kekuasaan Republik.
Perjuangan kita belum selesai. Memang, malah di Kota Yogyakarta ini, pernah saya tandaskan, bahwa revolusi Indonesia belum selesai dan bahwa oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk berjalan terus sampai revolusi kita ini selesai.
Sudah barang tentu, Saudara-saudara, pihak Belanda selalu mengadakan kontra-offensif. Sebagai tadi saya katakan, offensif besar-besaran berupa aksi militer yang pertama 21 Juli 1947, disusul kemudian oleh aksi militer kedua 19 Desember 1948. Malah akhirnya, kalau dipikir-pikir dengan dalam, haruslah kita mengucap Alhamdulillah kehadirat Allah S.W.T., bahwa kita mencapai kemerdekaan kita ini dan mempertahankan kemerdekaan kita itu tidak –sebagai aku katakan—di bawah sinar bulan purnama, tidak dilingkungi oleh harum semerbaknya bunga mawar melati. Tidak, tetapi selalu dengan perjuangan, perjuangan, sekali lagi perjuangan. Malahan saya pernah berkata, kita yang dibesarkan di dalam kancah apinya perjuangan, kita yang dibesarkan di dalam kancah api Candradimuka dan revolusi, kita sekarang menjadi satu bangsa yang kuat. Kita bukan satu bangsa yang menerima kemerdekaan kita itu sebagai satu hadiah, kita bukan satu bangsa yang tadinya mengemis kemerdekaan, kita bukan satu bangsa yang meminta-minta kemerdekaan. Tidak, kita adalah satu bangsa yang berjuang mati-matian untuk kemerdekaan itu, kita adalah satu bangsa yang digembleng habis-habisan di dalam perjuangan untuk menyusun kemerdekaan dan kita keluar dari gemblengan ini sebagai satu bangsa yang besar dan kuat.
Maka oleh karena itu, Saudara-saudara, sebagai tadi saya katakan, syukur Alhamdulillah, bahwa kita dihujani api di dalam perjuangan kita itu. 17 Agustus 1945 adalah permulaan daripada besarnya api. Kita mengalami hujan api yang sehebat-hebatnya, mengalami pertempuran-pertempuran di seluruh daerah Indonesia, sehingga sekarang seluruh daerah Indonesia itu penuh dengan kuburan-kuburan pemuda-pemuda dan pejuang-pejuang kita. Kita dihujani api pada tanggal 21 Juli 1947, kita dihujani api mulai daripada tanggal 19 Desember 1948. Tetapi berkat Allah S.W.T., 19 Desember 1948 adalah permulaan daripada satu gerilya total. Satu gerilya, peperangan gerilya yang kita adakan, yang dijalankan bukan hanya oleh pemuda-pemuda kita dari kepolisian negara, tidak, tetapi seluruh rakyat ikut di dalam perjuangan hebat ini. Seluruh rakyat ikut di dalam gerilya total ini dan akhirnya sebagai Saudara-saudara ketahui, 27 Desember 1949 imperialisme Belanda tekuk-lutut, dan mengakui kedaulatan Republik Indonesia.
Ini adalah hasil perjuangan kita. Tadi malam saya berkata kepada mahasiswa-mahasiswa, jangan mengira kemenangan-kemenangan kita itu adalah hasil daripada percaturan diplomasi. Tidak. Janganlah mengira bahwa kita punya Republik ini, yang diakui pada tanggal 27 Desember 1949, ialah hasil daripada kecakapan beranggar lidah pemimpin-pemimpin kita di kota Den Haag tatkala duduk di dalam konferensi KMB. Tidak, konferensi KMB, diplomasi, tak akan berhasil jikalau tidak disokong oleh satu tenaga besar, jikalau tidak berdasarkan atas satu tenaga besar yang diadakan oleh rakyat Indonesia sendiri. KMB membawa kepada kita, sebagai hasil dari perjuangan rakyat Indonesia di dalam gerakan total itu tadi, pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda dan kemudian oleh pihak internasional.
Dan pada waktu KMB itu Belanda berjanji akan mengakui kedaulatan atas seluruh Indonesia. Dan apa yang dinamakan Indonesia, Saudara-saudara? Yang dinamakan Indonesia ialah segenap kepulauan antara Sabang dan Merauke. Yang dinamakan Indonesia ialah apa yang dulu dikenal sebagai perkataan “Hindia Belanda.” Yang dimaksudkan dengan perkataan Indonesia ialah apa yang orang belanda namakan Nederlandsch Indie, segenap kepulauan antara Sabang dan Merauke yang jumlahnya beribu-ribu ini. Itulah yang dinamakan Indonesia.
Dan di dalam KMB pihak Belanda menyanggupi akan mengakui kedaulatan, kemerdekaan atas seluruh Indonesia ini. Irrevocable and unconditional. Irrevocable artinya tidak akan bisa dicabut kembali perkataan ini. Unconditional, tanpa syarat. Tapi apa lacur, Saudara-saudara? Meskipun di dalam KMB itu dijanjikan bahwa soal Irian Barat itu akan diselesaikan dalam tempo satu tahun, satu tahun lewat dan Irian Barat belum dikembalikan kepada kita. Inilah pembohongan besar-besaran, kecurangan gede-gedean yang dijalankan oleh pihak Belanda.
Sebenarnya, ya, kita lebih dahulu harus mengerti, bahwa pihak imperialisme itu selalu main bohong, main curang, main tipu. Dimana Diponegoro dulu itu ditangkap? Di Magelang, 46 km dari sini. Bagaimana Sang Diponegoro bisa ditangkap oleh pihak Belanda? Dibohongi lebih dahulu, ditipu lebih dahulu, katanya hendak diajak bicara, untuk berunding. Kiranya tidak diajak bicara, tidak diajak berunding, tetapi ditangkap. Bohong, tipu, curang yang sebesar-besarnya. Dan kita pun, saudara-saudara, mengalami hal yang demikian itu lagi pada akhir tahun 1950. 27 Desember 1950 Irian Barat belum dikembalikan kepada kita. Pada saat itulah saya mengusulkan kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk bubarkan Uni Indonesia-Belanda, sebab di dalam KMB kita menyetujui mengadakan Uni Indonesia-Belanda, –satu serikat antara Indonesia dan Belanda, maka republik yang diakuinya itu di sini ialah dinamakan Republik Indonesia Serikat dan Belanda menempatkan di Jakarta bukan seorang duta besar Belanda, tetapi satu Hoge Commissaris van het Koninkrijk der Nederlanden –tetapi kita yang menyetujui, oleh karena itu diadakannya Uni Indonesia-Belanda, kita ditipu, kita dicurangi, kita dibohongi. Maka oleh karena itu kemudian kita batalkan, bubarkan nonsense ini Uni Indonesia-Belanda. Dan perjuangan berjalan terus, perjuangan memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik. Di dalam KMB belum berhasil masuk, di dalam pembicaraan kita satu tahun lamanya –antara 27 Desember 1949 dan 27 Desember 1950 –belum masuk Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan kita. Sejak daripada itu lantas kita mencoba, berkhtiar, mencoba, berikhtiar, mencoba, berkhtiar memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik, dengan diplomasi, pembicaraan-pembicaraan, pidato-pidato yang muluk-muluk di PBB, United Nations. Didalam PBB itulah kita mencoba, sampai merintih-rintih untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan kita.
Tetapi apa hasil? Di dalam PBB pun tiada hasil sama sekali. Malahan di dalam PBB ada yang berkata: Menyetujui Belanda menguasai Irian Barat. Belanda berkata: Ooo, kami di Irian Barat itu sekadar, yaah, mendidik rakyat Irian Barat. Kami tidak menjalankan kolonisasi.

Lho, kok ada anggota-anggota PBB yang membenarkan ini. “Ya, Belanda di Irian Barat tidak menjalankan kolonisasi. Ini kan Indonesia saja yang mengatakan, bahwa Belanda di Irian Barat itu menjalankan kolonisasi.”
Kita punya perjuangan Irian Barat, perjuangan lidah, perang-perangan lidah, rintihan lidah di PBB tidak berhasil.
Memang dari tadinya saya telah berkata: PBB itu apa? PBB itu sekadar sekumpulan manusia-manusia. Ya, manusia-manusia itu wakil semuanya, wakil daripada negara ini, negara itu, negara ini, negara itu, negara ini, negara itu, negara itu, negara itu, wakil, tapi hanya sebagian daripada anggota-anggota PBB, artinya wakil-wakil ini, adalah benar-benar pejuang-pejuang, benar-benar utusan daripada rakyat jelata daripada negaranya. Mereka itu sekadar diplomat-diplomat, yang sekonyong-konyong ketiban pulung, ketiban daru , menjadi wakil daripada negaranya di PBB. Kalau sedang mau sidang pakai baju ganteng, pasang diri ganteng, mengatakan: Yah, aku adalah wakil daripada rakyatku. Mengadakan pidato yang muluk-muluk, padahal pidato-pidatonya itu sebagian besar tidak sesuai dengan rasa-perasaan rakyat yang mereka wakili.

Saudara-saudara, sebagai tadi saya katakan, perjuangan kita di PBB tidak berhasil. Maka oleh karena itu, pada satu ketika kita berkata: Kita tidak akan bicara lagi di dalam PBB. Sudah bertahun-tahun kita coba di PBB, coba di PBB, coba di PBB, coba di PBB, coba di PBB, tidak berhasil! Pada satu hari saya berkata kepada Pemerintah Republik Indonesia: jangan bicarakan soal Irian Barat ini lagi di dalam PBB, tetapi jalankanlah satu politik baru terhadap imperialisme Belanda. Marilah kita mengadakan konfrontasi kekuatan terhadap imperialisme Belanda.
Adu tenaga sekarang ini, jangan cuma adu lidah. Aku berkata konfrontasi di segala bidang. “Apa abamu” kataku, “Ya, iki dadaku . Dada Indonesia. Endi dadamu. ” Konfrontasi, konfrontasi apa? Situ mengadakan konfrontasi ekonomi, kita adakan konfrontasi ekonomi. Konfrontasi politik, kita jalankan konfrontasi politik. Konfrontasi militer, kita jalankan pula konfrontasi militer. Ya, maka oleh karena itu, sejak daripada saat itu, kita menyusun, memperkuat Angkatan Perang kita.
Dan ini hari saya bangga. Berdirilah dengan tegak di hadapan saya ini, disaksikan oleh Suadara-saudara sekalian, Perwira-perwira baru lulusan dari Akademi Militer di Magelang. Lihat mereka berdiri dengan gagahnya. Mereka memikul satu tanggungjawab yang besar, menjaga kemerdekaan kita, menjaga negara kita, mempertahankan kemerdekaan kita, dan juga memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik.
Hei engkau, pemuda-pemuda keluaran dari AMN! Sekarang berdiri di hadapan saya. Saya melantik kamu sekalian resmi menjadi Perwira-perwira Angkatan Perang kita. Ketahuilah hei kamu, kewajibanmu sekarang ialah sejak dari pada sekarang ini lebih berat daripada yang sudah-sudah. Sekarang ini engkau menjadi pemimpin-pemimpin daripada Angatan Perang Republik Indonesia. Dan sekarang ini Angkatan Perang Republik Indonesia sudah mendapat perintah dari saya untuk mensiap-siapkan diri agar supaya setiap waktu saya memberi perintah, masuk ke Irian Barat untuk memerdekakan Irian Barat itu.

Maka engkau juga, hei pemuda-pemuda keluaran Akademi Militer Nasional, bersiap-siaplah, oleh karena sebagaimana tadi saya katakan, sudah saya perintahkan kepada segenap Angkatan Perang Republik Indonesia, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Udara, maupun Angkatan Laut, supaya mensiap-siapkan diri agar setiap waktu saya memberi komando kepadamu, engkau bebaskan Irian Barat dari cengkeraman imperialisme Belanda.
Sebagaimana saya katakan dengan ini saya lantik kamu sekalian menjadi Perwira dalam Tentara Republik Indonesia.

Saudara-saudara sekalian, kita menjalankan konfrontasi politik di segala bidang, kataku. Dan sebagai akibat daripada konfrontasi politik ini, Belanda mulai mengadakan perobahan sikap. Tetapi mengadakan perobahan sikap bukan yang kearah memenuhi tuntutan kita, tetapi malah mengadakan sikap yang makin gila lagi. Sebagai saudara mengetahui, Luns mengadakan move, mengadakan suatu gerak di dalam PBB.
Sebagai tadi saya katakan, ini makin gila lagi. Makin tidak karuan, makin suatu penipuan yang besar sekali terhadap Republik dan terhadap dunia internasional.
Pertama-tama ia mengadakan suatu move yang suaranya terdengarnya amat atraktif sekali, amat menarik hati, yakni mengatakan, hei sekarang ini Belanda tidak mau lagi pusing dengan Irian Barat, maka Irian Barat akan diinternasionalisasikan. Pertama ia berkata bahwa ia tidak mau ambil pusing lagi atau Belanda tidak mau pusing lagi dengan Irian Barat, maka Irian Barat di-internasionalisaskan. Dan ia berkata bahwa ia mengadakan move dekolonisasi daripada Irian Barat. Dekolonisasi artinya akan menyudahi, memberhentikan kolonisasi Irian Barat. Kemudian ia akan memberikan hak menentukan nasib sendiri kepada Rakyat Irian Barat.
Terdengarnya ini amat menarik hati sekali. Internasionalisasi, dekolonisasi, selfdetermination, hak menentukan nasib sendiri. Tetapi kita bangsa Indonesia tidak bisa ditipu, kita bangsa Indonesia tidak bisa dibelenggu, tidak bisa diblusukkan di dalam lobang penipuan.
Internasionalisasi sekedar suatu move, sekedar satu apa yang dikatakan oleh Prancis, “tour de main”, sekadar satu ikhtiar, satu percobaan agar supaya mata dunia tidak lagi difokuskan kepada negeri Belanda, tetapi kepada seluruh dunia internasional. Kalau ada yang bertanggungjawab maka bukan Belanda, tetapi seluruh dunia internasional. Dan dekolonisasi itu!, sekarang mereka bicara tentang dekolonisasi, dulu mereka berkata tidak menjalankan kolonisasi. Bahkan benar –menurut beberapa negara, –bahwa Belanda tidak menjalankan kolonisasi. Sekarang mereka mengakui sebenarnya bahwa mereka mengadakan kolonisasi, oleh karena sekarang mereka berkata dekolonisasi.
Dekolonisasi artinya memberhentikan kolonisasi. Dan selfdetermination, hak menentukan nasib sendiri, kita kenal perkataan itu. Menentukan nasib sendiri. Dulu didalam zaman Van Mook, kita sudah kenal ini omongan “menentukan nasib sendiri.” Tetapi apa artinya? Mendirikan negara-negara bagian. Kita mengenal selfdetermination policy daripada Van Mook. Tetapi sebagai akibat dari politiknya Van Mook ini berdirilah Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Indonesia TImur dan lain-lain negara. Kita dipecah-pecah, disobek-sobek oleh imperialisme dengan usaha zogenaamd selfdetermination ini.
Maka oleh karena itu, Saudara-saudara, tatkala saya mendengar buat pertama kali di Cokro, bahwa Belanda akan menjalankan politik selfdetermination, saya tolak dengan tegas, selfdetermination policy ini. Dan saya berkata: kita tidak mau menerima selfdetermination dari pihak Belanda kepada Irian Barat.
Saudara-saudara, maka tatkala Menteri Luar Negeri Subandrio menemui saya di Roma, waktu beliau pergi ke PBB untuk meladeni Luns, –saya ingatkan, tadinya perintah saya ialah jangan memasukkan soal Irian Barat di PBB, tetapi marilah kita jalankan politik konfrontasi. Tetapi apa lacur, Luns membawa soal Irian Barat ini ke PBB. Dus terpaksa kita harus meladeni. Maka berhubung dengan itu kita mengambil keputusan, Saudara Subandrio pergi ke New York untuk meladeni Luns ini. Saya pada waktu itu sedang sakit di Roma. Dr. Subandrio datang di Roma minta instruksi dariapda saya. Dan saya berkata kepada dr. Subandrio: Engkau punya tugas di New York hanyalah satu, satu, bukan dua, bukan tiga, satu, yaitu menggagalkan usul Luns ini.

Gagalkan usul pihak Belanda, agar supaya usul Luns ini tidak bisa diterima oleh PBB. Instruksi saya ini sudah tegas kepada Saudara Subandrio, dan Saudara Subandrio melaksanakan instruksi saya ini dengan sebaik-baiknya. Disinilah tempatnya saya memberi komplimen kepada Sdr Subandrio, kepada Menteri Luar Negeri Subandrio, yang telah berusaha baik sekali menggagalkan usul Luns ini. Saudara-saudara, maka sesudah usul Luns ini gagal, Saudara-saudara telah mengetahui semuanya segala kegagalannya. Bukan Belanda ini makin bijaksana, artinya: “saya sudah mengerti, dus Irian Barat harus dikembalikan kepada Republik Indonesia.” Bukan. Tetapi semakin gila lagi. Apa yang dikerjakan? Yang dikerjakan ialah memproklamasikan satu negara boneka yang bernama “Negara Papua.” Mengibarkan bendera Papua di sana, mengadakan lagu “kebangsaan”, namanya “lagu Kebangsaan Papua” di sana, ini adalah satu kejahatan lagi yang besar sekali. Di PBB mereka kalah, sekarang di Irian Barat mereka menjalankan terus mereka punya penipuan kepada bangsa Indonesia. Mendirikan suatu “negara boneka Papua”, mengibarkan “bendera Papua.”
Kita adalah satu bangsa, kata Pak Dimara tadi malam. Kita hanya mengenal satu negara, yaitu Negara Republik Indonesia di wilayah Indonesia ini. Kita hanya mengenal satu bendera Sang Merah Putih di wilayah Republik ini.
Sekarang saya tanya, Saudara-saudara, saya tanya kepada dunia internasional. Ha ini, kepada Duta-duta Besar yang hadir ini, saya tanya: Sekarang ini pihak Belanda mengadakan di Irian Barat satu negara boneka, pemecah-belahan daripada Republik Indonesia. Suatu negara boneka Papua. Di Irian Barat mereka menjalankan politik pemecah-belahan dengan perbuatan: mendirikan “Negara Papua”, mengibarkan “bendera Papua,” mengadakan lagu zogenaamd nasional Papua. Yah, apa harus kita perbuat? Apa yang harus diperbuat? Yah, di PBB kita menjalankan diplomasi. Di PBB kita beranggar lidah, di PBB kita mengeluarkan argumen ini, argumen itu, alasan ini, alasan itu. Di PBB yang sudah ternyata tidak berhasil. Tetapi sekarang di Irian Barat, di sini Belanda mengadakan “Negara Papua”, Belanda mengadakan “lagu Papua”. Apa yang harus kita perbuat disini? Tidak ada lain, kita disini harus bertindak. Bertindak. Maka oleh karena itu saya sekarang memberi komando kepada segenap rakyat Indonesia.
Nah, dan apa komando saya? Dengarkan, Saudara-saudara!
Komando saya dengan tegas ialah: Gagalkan, hai seluruh rakyat Indonesia, gagalkan pendirian “negara Papua” itu!
Apa komando saya lagi?

Hei seluruh rakyat Indonesia, kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat itu!
Tegas saya memberi komando ini. Batalkan “negara Papua” itu! Kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat! Gagalkan! Kibarkan bendera kita! Siap sedialah, akan datang mobilisasi umum! Mobilisasi umum bagi yang mengenai seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat samasekali daripada cengkeraman imperialis Belanda.

Saudara-saudara, inilah bunyinya komando saya. Jalankan komando saya ini!
Disini saya mengucap banyak-banyak terima kasih kepada semua wakil-wakil negara-negara yang telah membantu kita. Saya mengucapkan terima kasih kepada wakil-wakil negara-negara di PBB, yang telah membantu kita. Baik di Asia maupun di Afrika, maupun di negara-negara sosialis. Yah, juga daripada negara-negara sosialis, saya mengucapkan banyak terima kasih terhadap bantuan mereka di dalam perjuangan kita memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik.

Saudara-saudara. Ada yang menuduh kepada kita: Yah, Republik Indonesia kok terlalu manis muka kepada negara-negara sosialis. Wah, Republik Indonesia ini kok terlalu bersahabat dengan negara-negara sosialis.
Saya bertanya: apakah itu sudah tidak sepantasnya? Negara sosialis membantu kita, negara sosialis meng-amini kita punya klaim atas Irian Barat. Saya di hadapan para wanita daripada Kongres Gerwani telah berkata sebagaimana demikian: Umpamanya disitu itu, di sebelah sana negara-negara sosialis, di situ negara-negara imperialis. Ya, memang Republik Indonesia memang berdiri sama tengah, Republik Indonesia memang menjalankan politik bebas dan aktif. Ya, Indonesia menjalankan politik yang oleh pihak sana dinamakan politik netral. Benar demikian. Tetapi lihat, apakah kita pihak Indonesia salah, jikalau kita manis budi kepada pihak sana, ya, kepada negara-negara sosialis? Berterimakasih kepada pihak sosialis?
Mereka, negara-negara sosialis ini, membenarkan kita mempersatukan negara Republik Indonesia. Mereka membenarkan.
Tuan-tuan, yang di sana, imperialis, tidak membenarkan.
Mereka membantu kita untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mereka yang ada di situ, di pihak imperialis, malahan menjegal kita mendirikan suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kuat, mengadakan aksi subversif untuk menggugurkan Republik Indonesia.

Mereka membenarkan kita untuk meng-klaim Irian Barat supaya Irian Barat masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik.
Mereka tidak membenarkan kita meng-klaim Irian Barat masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik.

Mereka membantu kita memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik.
Mereka yang di sini menentang kita memasukkan Irian Barat ke dalam kekuasaan Republik.

Apakah kita salah, Saudara-saudara, kalau kita berkata kepada mereka: Yah, terima kasih saudara-saudara daripada negara-negara sosialis. Termakasih dan kita menarik budi yang manis terhadap kepada mereka itu. Demikianlah Saudara-saudara.
Mari kita berjalan terus. Sebagai yang sudah saya katakan berulang-ulang, kita sebenarnya tidak berdiri sendiri.

Hayo, gagalkan “Negara Papua!” Hayo, kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat! Hayo segenap rakyat Indonesia! Kita tidak berdiri sendiri. Lihat! Bukan hanya 92 juta rakyat ingin menjalankan itu, tetapi sebagai yang sudah berulang-ulang saya katakan, negara-negara lain, rakyat-rakyat lain, di Asia, di Afrika, di negara-negara sosialis, semuanya membantu kita. Kita tidak berdiri sendiri. Lebih daripada dua ribu juta manusia memihak kepada kita. Mari kita berjalan terus!
Dan, Saudara-saudara, sebenarnya saya disini tidak berbicara sendiri. Tidak. Ada orang berkata daripada pihak imperialis: Ooo, Irian Barat itu kan soal Sukarno. ‘Kan hanya Sukarno saja yang bergembar-gembor. Kalau tidak ada Sukarno, ‘kan sudah padam sama sekali api Irian Barat.
Malahan tatkala saya sakit di Wina, ada pihak yang sudah berkata: ooo, mugo-mugo enggalo mati Sukarno iku . Didoakan saya lekas mati atau mengadakan spekulasi sudah: ooo Sukarno sekarang sudah akan mati. Pendek kata, ooo, tidak ada nanti aksi Irian Barat lagi. Dan kami imperialis bisa bersenang-senang lagi.
Saya bertanya kepadamu, hei rakyat Indonesia, apakah benar aku, Sukarno, yang menjadi penganjur daripadamu untuk memasukkan Irian Barat dalam wilayah kekausaan Republik? Tidak. Tidak. Tidak. Saya sekadar penyambung lidah daripada rakyat Indonesia. Saya melihat di sini, berhadapan muka dengan saya, perwira-perwira muda. Saya lihat di situ, baju hijau dan baju khaki drill. Di belakang saya duduklah para Menteri, para Pemimpin Partai, duduklah Alim Ulama, duduklah wakil-wakil daripada Pemuda-pemuda, duduklah wakil-wakil daripada Wanita. Di hadapan saya adalah Rakyat Jelata, Rakyat Jelata daripada semua golongan. Ya kaum buruh, ya kaum tani, ya wanita, ya laki-laki, ya pemuda, ya segenap golongan rakyat Indonesia membenarkan ucapan saya ini.
Saya tidak mengucapkan kehendak saya saja, tetapi tiap-tiap perkataan yang saya ucapkan ini didukung sepenuhnya oleh segenap rakyat Indonesia. Dan jikalau saya memberikan komando, sebenarnya bukan komando dari Sukarno kepada rakyat Indonesia, sebenarnya bukan komando dari Presiden Republik Indonesia kepada rakyat Indonesia, sebenarnya bukannya komando dari Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, bukan komando dari pada Panglima Besar Pembebasan Irian Barat kepada rakyat Indonesia, tidak! Tapi sebenarnya adalah komando dari rakyat Indonesia kepada rakyat Indonesia sendiri. Tidakkah benar jika saya katakan bahwa inilah kehendakmu sendiri, Saudara-saudara rakyat Indonesia?
Saya sekadar meneruskan naluri daripada rakyat Indonesia. Naluri hati bangsa Indonesia yang cinta kemerdekaan. Naluri bangsa Indonesia yang selalu berjuang untuk kemerdekaan. Saya sekadar meneruskan bersama-sama dengan Saudara-saudara sekalian naluri Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk mencoba menjatuhkan kekuasaan Jan Pieterzoon Coen dari wilayah tanah air Indonesia. Saya sekadar meneruskan naluri dari Imam Bonjol. Saya sekadar meneruskan naluri daripada Tengku Cik Ditiro. Saya hanya meneruskan naluri Joko Untung Suropati. Saya sekadar meneruskan naluri Pangeran Diponegoro. Saya hanya meneruskan naluri Sultan Hasanuddin. Saya hanya sekedar meneruskan naluri daripada Ktut Jelantik. Saya hanya meneruskan naluri daripada pejuang-pejuang kita didalam pergerakan nasional kita. Saya hanya meneruskan naluri daripada Monginsidi yang didrel mati di Makassar oleh pihak Belanda. Saya meneruskan naluri daripada pejuang-pejuang kita yang sekarang dikubur di taman pahlawan Semaki.
Saya meneruskan naluri daripada semua pejuang-pejuang Republik Indonesia yang menghias Taman Pahlawan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Saya hanya meneruskan naluri daripada rakyat Indonesia yang sejak daripada dahulu cinta kemerdekaan. Ya, kita cinta damai, tetapi kita lebih lagi cinta kepada kemerdekaan.
Maka oleh karena itu, hei segenap rakyat Indonesia, mari sebagai tadi saya katakan, gagalkan ini usaha pihak Belanda untuk mendirikan “Negara Papua”, kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat! Siap sedia didalam waktu yang singkat pada komando untuk mengadakan mobilisasi umum daripada rakyat Indonesia untuk membebaskan sama sekali Irian Barat itu daripada cengkeraman imperialisme Belanda!
Sekrertaris Dewan Pertahanan Nasional saya minta bawa disini naskah Komando saya ini. Akan saya tandatangani naskah komando saya itu di hadapan Saudara-saudara sekalian, agar supaya dijalankan, dilaksanakan oleh segenap rakyat Indonesia.
Sekretaris Dewan Pertahanan Nasional akan membacakan naskah Komando saya ini, silahkan!

KOMANDO RAKYAT
“Kami, Presiden/ Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, dalam rangka politik konfrontasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian Barat, telah memberikan instruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap waktu yang kami akan tetapkan menjalankan tugas kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda.
Dan kini, oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah-belah rakyat Indonesia, juga yang berada di daerah Irian Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai berikut:
I. Gagalkanlah pembentukan “Negara Boneka Papua” buatan Belanda-kolonial.

II. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia.
III. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia.”
Yogyakarta, 19 Desember 1961.
Presiden/ Panglima Tertinggi
Angkatan Perang Republik Indonesia,

SUKARNO
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia/ Panglima Besar
Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat.

Rabu, 01 Juni 2016

Leon Trotsky: ABC Dialektika Materialis

Leon Trotsky
ABC Dialektika Materialis
Sumber: Leon Trotsky, The ABC of Materialist Dialectics, 1939.

(Leon Trotsky)
 


Bila masalah-masalahnya tidak dibatasi sekadar tentang kehidupan sehari-hari, maka dialektika dapat memahami masalah-masalah yang lebih rumit dan bisa mengerti proses-proses mendesak yang harus diperbincangkan. Jadi, dialektika merupakan suatu pengetahuan mengenai bentuk pemikiran, yang bukan fiksi atau mistik. Perbandingan antara logika dialektik dan logika formal, dilihat dari bobotnya, menyerupai suatu hubungan antara matematika tingkat tinggi dengan matematika tingkat rendah.
Di sini aku akan mencoba untuk membuat sketsa substansi masalah dalam sebuah format yang sangat ringkas. Silogisme sederhana logika Aristotelian bermula dari preposisi bahwa “A” sama dengan “A”. Postulat tersebut diterima sebagai sebuah aksioma bagi banyak sekali tindakan praktis manusia dan jeneralisasi-jeneralisasi elementer. Tapi, pada kenyataannya, “A” bisa tidak sama dengan “A”. Hal tersebut mudah untuk dibuktikan jika kita meneliti dua huruf tersebut di bawah sebuah lensa pembesar—satu dengan yang lainnya sama sekali berbeda. Namun, orang bisa saja berkeberatan, karena hal-hal lain (misalnya) semata-mata merupakan simbol bagi kwantitas-kwantitas yang sederajat, contohnya, satu pon gula, masalahnya bukan ukuran atau bentuk dari huruf-huruf tersebut. Keberatan tersebut tidak lah penting; pada kenyataannya satu pon gula tidak pernah sama persis dengan satu pon gula lainnya—sebuah pengukuran yang lebih teliti selalu menyingkapkan adanya penyimpangan. Lagi-lagi orang dapat berkeberatatan: tapi satu pon gula adalah sama dengan dirinya sendiri. Ini juga tidak benar—semua bentukan tanpa bisa dicegah berubah dalam ukuran, berat, warna, dan lain sebagainya. Semuanya tak pernah sama dengan dirinya sendiri. Seorang sophis akan menganggap bahwa satu pon gula adalah sama dengan dirinya sendiri “pada saat tertentu”.
Terlepas dari nilai praktis yang sangat ekstrim, yang meragukan “aksioma” tersebut, ia tak akan  bertahan juga terhadap kritisisme teoritis. Bagaimana kita seharusnya benar-benar memahami kata “saat”? Jika ia adalah sebuah interval waktu yang sangat kecil, maka satu pon gula didudukkan sebagai sasaran selama berlangsungnya “saat” tersebut, dan ia tunduk pada perubahan-perubahan yang tak dapat dielakkan. Atau apakah “saat” adalah sebuah abstraksi yang murni matematis, yaitu, sebuah kehampaan yang terlepas dari waktu? Tapi, semua hal eksis dalam waktu; dan eksistensi sendiri adalah sebuah proses yang tak berhenti dari transformasi; waktu secara konsekwen adalah sebuah elemen fundamental bagi eksistensi. Jadi aksioma “A” adalah sama dengan “A”—yang menandai bahwa suatu hal adalah sama dengan dirinya sendiri—berlaku jika ia tidak berubah, itu artinya jika ia tidak eksis.
Secara sepintas kelihatannya “kepelikan-kepelikan” tersebut tak ada gunannya. Dalam realita, hal-hal tersebut amat menentukan arti. Di satu sisi, aksioma “A” adalah sama dengan “A” muncul sebagai titik keberangkatan bagi semua pengetahuan kita tapi, di sisi lain, ia juga merupakan titik keberangkatan segala kekeliruan dan kesalahan dalam pengetahuan kita. Penggunaan aksioma “A” adalah sama dengan “A” yang bebas resiko hanya lah mungkin jika ada batasan-batasan pasti. Ketika tugas-tugas interupsi, intervensi atau ganguan yang ada tidak berarti bagi perubahan-perubahan kuantitatif “A”, maka kemudian kita bisa memperkirakan bahwa “A” adalah sama dengan “A”. Contohnya adalah cara ketika seorang pembeli dan seorang penjual memperhitungan kepastian, kepastian satu pon gula: apakah kita tidak harus mempertimbangkan suhu matahari? Sampai saat ini, kita mempertimbangkan kekuatan mata uang dolar dengan cara yang sama. Tetapi perubahan-perubahan kwantitatif, yang mendobrak batasan-batasan pasti, terkonversi menjadi kualitatif. Ketika satu pon gula tunduk kepada tindakan suhu (matahari), air atau bensin, berhenti lah ia menjadi satu pon gula. Satu dolar dalam tangan seorang presiden berhenti sebagai satu dolar. Menentukan titik kritis pada saat yang tepat, saat kwantitas berubah menjadi kwalitas, adalah merupakan suatu tugas yang paling penting serta paling susah di dalam semua bidang pengetahuan, termasuk sosiologi.
Setiap pekerja mengetahui bahwa mustahil membuat dua benda yang sepenuhnya sama, karenanya diperkenankan adanya sebuah deviasi atas kedua benda tersebut yang, bagaimanapun, tidak boleh melampaui batasan-batasan tertentu (itu yang disebut toleransi). Mengamati norma-norma toleransi, intinya adalah mempertimbangkan kesetaraan (“A” adalah sama dengan “A”). Saat toleransi menjadi berlebihan, maka kwantitas berlanjut menjadi kwalitas; dengan kata lain, benda tersebut menjadi inferior atau sepenuhnya tak berharga, rusak.
Pemikiran ilmiah kita hanya lah salah satu bagian dari keseluruhan tindakan praktek kita, termasuk teknik-teknik. Dalam konsep-kopsep, eksistensi “toleransi” juga diperkenankan. Toleransi tersebut ditegakkan bukan dengan logika formal yang berasal dari aksioma “A” adalah sama dengan “A”, tapi dengan logika dialektik yang berasal dari aksioma bahwa semua hal selalu berubah. “Akal sehat” dikarakterisasi oleh kenyataan bahwa ia secara sistematis melampaui “toleransi” dialektik.
Pemikiran vulgar juga beroperasi dalam konsep-konsep seperti kapitalisme, moral, kebebasan, negara pekerja, dan lain sebagainya. Sebagai abstraksi-abstraksi pasti, diperkirakan bahwa kapitalisme adalah sama dengan kapitalisme, moral adalah sama dengan moral, dan seterusnya. Pikiran dialektik menganalisa semua hal dan fenomena dalam perubahannya yang terus menerus berlangsung, sambil menetapkan kondisi-kondisi material bagi perubahan-perubahannya, yang batas-batas kritisnya di luar atau tidak dalam pengertian “A” berhenti menjadi “A”, negara pekerja berhenti menjadi negara pekerja.
Kekurangan fundamental pemikiran vulgar terletak dalam kenyataan bahwa ia berharap dapat mengisi dirinya sendiri dengan cetakan tetap (tak berubah) suatu realitas—yang, sebenarnya, mengandung gerak abadi. Dengan cara memperketat perkiraan-perkiraan, koreksi-koreksi, kongkritisasi; pemikiran dialektik memberikan sebuah kekayaan mengenai isi dan fleksibitas konsep-konsep; bahkan bisa aku katakan bahwa suatu kelambanan dalam bidang tertentu membawanya lebih dekat pada fenomena yang nyata hidup. Bukan kapitalisme secara keseluruhan, melainkan suatu kapitalisme tertentu pada suatu tahap perkembangan tertentu. Bukan suatu negara pekerja secara keseluruhan, tetapi suatu negara pekerja tertentu dalam sebuah negara terbelakang, dalam sebuah pengepungan kaum imperialis, dan lain sebagainya.
Hubungan antara pemikiran dialektik dengan pemikiran vulgar, dengan cara yang sama, seperti analogi hubungan antara film yang bergerak (motion picture) dengan foto yang ajeg. Film yang bergerak tidak berada di luar hukum foto yang ajeg tapi mengkombinasikan suatu urutan foto-foto tersebut yang sesuai dengan hukum-hukum gerak. Dialektika tidak mengingkari silogisme, tapi mengajari kita untuk menggabungkan silogisme dalam cara yang sedemikian rupa agar pengertian kita bisa menjadi lebih dekat pada realitas yang berubah secara abadi. Dalam bukunya, Logic, Hegel menetapkan satu rangkaian ketentuan-ketentuan: perubahan kwantitas menjadi kwalitas, perkembangan melalui kontradiksi, konflik mengenai isi dan bentuk, interupsi terhadap kontinuitas, perubahan kemungkinan menjadi hal yang tak dapat dihindarkan (niscaya), dan lain sebagainya., yang sama pentingnya bagi pemikiran teoritis, sepenting silogisme sederhana dalam tugas-tugas yang lebih elementer.
Hegel menulis sebelum Darwin dan sebelum Marx. Terima kasih Hegel pada dorongan kuat yang diberikan Revolusi Perancis (pada perkembangan pemikiran) tercermin saat ia mengantisipasi gerakan ilmu-pengetahuan secara menyeluruh. Tapi, karena semata-mata hanyalah suatu antisipasi, meskipun dilakukan oleh seorang jennius, maka Hegel tak dapat terlepas dari ciri idealismenya. Hegel mengoperasikan bayang-bayang ideologis sebagai realitas terakhir. Marx menunjukkan bahwa gerak bayang-bayang ideologis tersebut tidak merefleksikan apa-apa kecuali merupakan gerak dari tubuh-tubuh materi.
Kita menamakan dialektika kita, materialis, sebab ia tak berakar baik di surga maupun di kedalaman “kehendak bebas” kita, melainkan dalam realitas objektif, dalam alam. Kesadaran timbul dari bawah sadar, psikologi dari fisiologi, dunia organik dari dunia inorganik, galaksi dari nebula. Di tiap undakan tangga perkembangan tersebut, perubahan-perubahan kwantitatif ditransformasikan menjadi kwalitatif. Pikiran kita, terrmasuk pikiran dialektik, hanyalah suatu bentuk ekspresi zat yang berubah. Dalam sistem ini, tak tersedia tempat bagi metafisika, setan, jiwa kekal, tidak juga norma-norma abadi hukum dan moral. Dialektika pemikiran, yang timbul dari dialektika alam, secara konsekuen memiliki suatu karakter yang seluruhnya materialis. Darwinisme, yang menjelaskan evolusi spesies melalui transformasi kwantitatif berlanjut menjadi kwalitatif, merupakan suatu kemenangan tertinggi dialektika dalam seluruh lapangan yang mengurusi perkara organik. Kemenangan besar besar lainnya adalah penemuan tabel berat atom unsur kimia dan transformasi lebih lanjut dari suatu elemen menjadi elemen lainnya.
Secara erat transformasi-transformasi tersebut (spesies, elemen, dan lain sebagainya.) berkaitan dengan masalah klasifikasi, sama pentingnya bagi ilmu alam juga bagi ilmu sosial. Sistem Linneaus (abad ke-18) mempergunakan imutabilitas spesies sebagai titik awalnya, terbatas pada deskripsi dan klasifikasi pertanian yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik abadinya. Periode awal (kanak-kanak/infantil) botani adalah analogis dengan periode awal logika, karena bentuk-bentuk pemikiran kita berkembang seperti semua hal yang hidup. Hanya penyangkalan yang tak dapat disanggah—dengan ditemukannya perkembangan/ perubahan spesies yang ada sekarang, dengan adanya studi mengenai sejarah evolusi pertanian dan anatominya—bisa menyiapkan basis bagi suatu klasifikasi yang benar-benar ilmiah.
Marx, yang berbeda dengan Darwin, adalah seorang dialektikus yang sadar, berhasil menemukan basis bagi suatu klasifikasi ilmiah mengenai masyarakat-masyarakat manusia dalam perkembangan tenaga-tenaga produktif dan struktur kepemilikannya, yang membentuk anatomi masyarakat. Marxisme memberikan substitusi—berupa sebuah klasifikasi dialektika materialis—bagi klasifikasi vulgar dalam menganalisa masyarakat dan negara yang, bahkan hingga sekarang, masih tumbuh subur dalam berbagai universitas. Hanya dengan menggunakan metode Marx lah dimungkinkan bisa ditentukan secara benar apakah itu konsep mengenai sebuah negara pekerja maupun juga momen keruntuhannya.
Kita lihat sendiri, semua itu sama sekali tak mengandung hal-hal yang “metafisik” atau “skolastik”—ungkapan ketidaktahuan yang congkak. Logika dialektik mengungkapkan hukum gerak dalam pemikiran ilmiah kontemporer, dan perjuangan menentang dialektika materialis, sebaliknya, mencerminkan masa lalu yang berjarak, konservatisme borjuis kecil, keangkuhan diri para pengusung rutinitas universitas, dan ... sekilat harapan bagi kehidupan yang berubah.

15 Desember 1939.

***


DIALECTIKA OF NATURE oleh Friedrich Engels

DIALECTIKA OF NATURE
oleh Friedrich Engels

Hanya ilmu alam modern yang telah mencapai suatu perkembangan menyeluruh, sistematik, ilmiah, jika dibandingkan dengan intuisi-intuisi filosofikal-alam yang jenius dari zaman kuno dan penemuan-penemuan bangsa Arab yang luar-biasa penting namun sporadik, yang sebagian besarnya lenyap tanpa hasil-hasil--ilmu alam modern ini berasal dari, seperti semua sejarah zaman akhir-akhir ini, dari zaman perkasa yang oleh orang-orang Jerman disebut Reformasi sesudah malapetaka nasional yang menimpa Jerman pada waktu itu, dan yang disebut Renaisans oleh orang Perancis dan Cinquecento (secara harfiah berarti yang limaratus, yaitu abad ke enam-belas) oleh orang-orang Italia, walaupun tidak satupun dari nama-nama itu dapat secara sepenuhnya melukiskannya. Itulah zaman yang lahir pada paroh pertama abad ke lima-belas. Golongan kerajaan, dengan dukungan kaum warga kota-kota, mematahkan kekuasaan bangsawan feodal dan mendirikan monarki-monarki besar, yang pada pokoknya berdasarkan kebangsaan, yang di dalamnya bangsa-bangsa Eropa modern dan masyarakat burjuis modern berkembang; dan sementara kaum warga dan kaum ningrat saling bergulat satu sama lain, perang tani di Jerman secara nubuat meramalkan perjuangan-perjuangan klas masa-depan, yang tidak hanya mengangkat kaum tani yang memberontak itu ke atas pentas-yang tidak merupakan hal baru lagi--melainkan, di belakang mereka, permulaan-permulaan dari proletariat modern, dengan bendera merah di tangan dan tuntutan pemilikan bersama atas bibir-bir mereka. Di dalam manuskrip-manuskrip yang diselamatkan dari keruntuhan Bisantium, pada patung-patung kuno yang digali dari reruntuhan Roma, suatu dunia baru telah terungkap bagi Barat yang terpukau, yaitu dunia Yunani kuno; roh-roh Abad Pertengahan lenyap dihadapan bentuk-bentuknya yang gemilang; Italia bangkit pada suatu pemegaran seni yang tak-terbayangkan, yang tampak seperti suatu pencerminan kekunoan klasik yang tidak pernah dicapai lagi di kemudian hari. Di Italia, Perancis dan Jerman lahir suatu kesusasteraan baru, kesusasteraan modern pertama, yang tidak lama kemudian disusul olleh zaman-zaman klasik kesusasteraan Inggris dan Spanyol. Batas orbis terrarum (=bulatan negeri-negeri, sebuah istilah yang dipakai orang Romawi kuno untuk bumi) telah ditembus; baru sekarang dunia benar-benar diketemukan dan landasan diletakkan bagi perdagangan dunia dan peralihan dari kerajinan tangan pada manufaktur, yang pada gilirannya merupakan titik-awal bagi industri modern berskala besar. Kediktatoran spiritual Gereja telah pecah berantakan; ia secara langsung dibuang oleh mayoritas bangsa-bangsa germanik, yang memeluk Protestantisme, sedangkan di kalangan orang-orang Latin, suatu semangat pikiran bebas yang ceria, yang diambil-alih dari orang-orang Arab dan dipupuk oleh filosofi Junani yang baru ditemukan kembali, semakin berakar dan mempersiapkan jalan bagi materialisme abad ke delapan-belas.
Revolusi progresif terbesar yang hingga saat itu pernah dialami oleh umat-manusia, suatu zaman yang menuntut raksasa-raksasa dan melahirkan raksasa-raksasa-- raksasa-raksasa dalam kemampuan berpikir, kemauan dan nafsu, dan watak, dalam keuniversalan dan pengetahuan. Orang-orang yang membentuk kekuasaan burjuasi modern memiliki segala-galanya kecuali keterbatasan burjuis. Sebaliknya, sifat petualangan zaman itu hingga batas-batas tertentu mengilhami mereka. Hampir tidak ada tokoh penting yang hidup pada zaman itu yang tidak berlanglang-buana amat luasnya, yang tidak menguasai empat atau lima bahasa, yang tidak cemerlang dalam sejumlah bidang. Leonardo da Vinci bukan saja seorang pelukis besar, tetapi juga seorang ahli matematika, mekanika dan insinyur besar, dan kepadanyalah berbagai-bagai cabang ilmu fisika berhutang penemuan-penemuan yang amat penting; Albrecht Durer seorang pelukis, pemahat, pematung, arsitek, dan menambahkan penemuan baru suatu sistem perbentengan yang mewudjudkan banyak ide-ide yang lama kemudian dilanjutkan lagi oleh Montalembert dan oleh ilmu-pengetahuan Jerman modern mengenai perbentengan. Machiavelli adalah seorang negarawan, sejarahwan, penyair dan juga pengarang militer terkemuka pertama dari zaman modern. Luther tidak saja membersihkan kandang Augeas dari Gereja, tetapi juga kandang bahasa Jerman; ia menciptakan prosa Jerman modern dan menggubah teks dan melodi himne kemenangan yang menjadi Marseillaise abad ke enam-belas. Karena pahlawan-pahlawan zaman itu masih belum diperhambakan pada pembagian kerja, yang akibat-akibat pengekangannya, dengan hasil kesatu-segian (keterbatasan dalam pengetahuan), begitu sering kita lihat pada penerus-penerus mereka. Namun yang teristimewa karakteristik pada mereka itu ialah bahwa mereka hampir semuanya menjalani kehidupan-kehidupan dan aktivitas-aktivitas mereka di tengah-tengah gerakan-gerakan sezaman, dalam perjuangan-praktikal; mereka berpihak dan bergabung dalam perjuangan itu, yang seorang dengan berbicara dan menulis, yang lainnya dengan pedang, dan banyak dari mereka melakukan kedua-duanya. Dari situlah keutuhan dan kekuatan watak menjadikan mereka itu manusia-manusia lengkap. Orang-orang ruangan baca merupakan pengecualian: menjadi orang dari peringkat kedua atau ketiga ataupun filistin-filistin yang terlalu berhati-hati untuk ikut melibatkan diri mereka.
Pada waktu itu ilmu alam juga bergerak di tengah-tengah revolusi umum dan sendirinya sepenuhnya revolusioner; karena harus berjuang untuk dan merebut hak hidupnya. Berdampingan dengan orang- orang besar Italia yang melahirkan filosofi modern, ia menyerahkan suhada-suhadanya pada tiang pembakaran dan penjara-penjara Inkuisisi. Dan sungguh karakteristik bahwa kaum Protestan bahkan melebihi kaum Katolik dalam penghambatan dan penganiayaan penyelidikan bebas mengenai alam. Calvin membakar Servetus ketika yang tersebut belakangan itu nyaris menemukan jalan peredaran darah, dan Servetus itu dibiarkan terpanggang hidup-hidup selama dua jam; bagi Inkuisisi setidak-tidaknya telah dicukupkanlah dengan cuma membakar Giodano Bruno hingga mati.
Tindakan revolusioner ilmu alam yang menyatakan kebebasan dirinya dan, yang diulangi dengan pembakaran Dekrit papal (dekrit tahta suci - paus) adalah penerbitan karya abadi dengan mana Copernikus, walaupun dengan takut-takut dan boleh dikata hanya dari ranjang sekaratnya, menantang otoritas kegerejaan dalam masalah-masalah alam. Emansipasi ilmu alam dari teologi berasal-mula dari masa itu, sekalipun perselisihan dan penyelesaian akhir mengenai tuntutan-tuntutan (klaim) tertentu secara timbal-balik masih berlarut-larut hingga zaman kita sekarang dan dalam pikiran masih jauh daripada tuntas. Namun, sejak waktu itu, perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan berlanjut dengan langkah-langkah raksasa, dan, dapat dikatakan, menjadi semakin kuat dalam proporsi pangkat-dua jaraknya dari titik berangkatnya. Seakan-akan pada dunia mesti dibuktikan bahwa untuk selanjutnya maka hukum gerak yang berlaku bagi produkt tertinggi materi organik, yaitu pikiran manusia, adalah 
berlawanan dengan hukum gerak yang berlaku bagi zat inorganik.

Pekerjaan utama pada periode pertama ilmu alam yang kini terbuka ialah menguasai material yang seketika berada di depan mata. Di kebanyakan bidang suatu permulaan harus dilakukan dari yang paling awal. Zaman kuno telah mewariskan sistem solar Euclid dan Ptolemaic; orang-orang Arab telah meninggalkan notasi desimal, dasar-dasar aljabar, bilangan-bilangan modern, dan alkimia; Abad-abad Pertengahan Kristiani tidak meninggalkan apapun. Dengan sendirinya, dalam keadaan ini ilmu pengetahuan alam yang paling elementer, mekanika mengenai benda-benda bumi dan angkasa, menduduki tempat pertama, dan menyertainya --sebagai dayang-dayangnya--penemuan dan penyempurnaan metode-metode matematikal. Karya-karya besar telah dihasilkan di sini. Pada akhir periode itu, dikarakterisasi oleh Newton dan Linnaeus, kita dapati cabang-cabang ilmu ini mencapai suatu kesudahan tertentu. Ciri-ciri dasar metode-metode matematikal yang paling hakiki telah ditegakkan: geometri analitikal terutama oleh Descartes, logaritma oleh Napier, dan perhitungan-perhitungan diferensial dan integral oleh Leibniz dan barangkali juga Newton. Keadaan itu berlaku juga bagi mekanika benda-benda padat, yang hukum-hukum utamanya telah dibikin jelas untuk selamanya. Akhirnya, dalam astonomi sistem matahari, Kepler menemukan hukum-hukum gerak planeter dan Newton merumuskan itu dari sudut pandangan hukum-hukum umum mengenai gerak materi. Cabang-cabang ilmu alam lainnya masih jauh daripada sampai pada bahkan kesimpulan pendahuluan ini. Baru pada akhir periode itu mekanika mengenai benda-benda cair dan gas mendapatkan perlakuan lebih lanjut. [Torriceli dalam hubungan dengan pengaturan aliran-aliran pegunungan Alpine]. Ilmu fisika sendiri masih belum melampaui awal-awal permulaannya, kecuali dalam hal optika, yang memperoleh kemajuan luar-biasa dikarenakan kebutuhan-kebutuhan praktikal astronomi. Dengan teori flogestik (Phlogestic theory: teori yang berlaku dalam ilmu kimia selama abad-abad ke tujuh-belas dan delapan-belas yang menyatakan bahwa pembakaran [combustion] terjadi karena kehadiran benda-benda tertentu suatu zat istimewa yang diberi nama phlogiston), ilmu kimia baru saja beremansipasi dari alkimia. Geologi masih belum melampaui tahap embrionik mineralogi; maka oleh karenanya palaeontologi sama sekali masih belum mungkin ada. Akhirnya, di bidang biologi, kesibukan pokok masih saja dengan pengumpulan dan penyaringan pertama atas material yang luar-biasa banyaknya, tidak saja yang botanikal dan zoologikal, tetapi juga anatomikal dan fisiologikal itu sendiri. Nyaris tidak ada sama-sekali pembicaraan mengenai perbandingan atas berbagai bentuk kehidupan, penyelidikan mengenai distribusi geografikal dan klimatologikal kondisi-kondisi kehidupan mereka dan sebagainya. Di sini hanya botani dan zoologi sampai pada suatu pendekatan kesimpulan berkat Linnaeus.
Tetapi, yang secara istimewa mengkarakterisasi periode ini ialah uraian suatu pandangan umum yang khas, yang titik sentralnya yalah pandangan mengenai kekekalan alam secara mutlak. Dengan jalan atau cara apapun alam itu sendiri telah lahir, sekali ia telah berada maka ia tetap sebagaimana adanya itu untuk selama-lamanya. Planet-planet dan satelit-satelitnya, satu kali mereka itu digerakkan oleh "impulse pertama" misterius itu, berputar dan berputar terus-menerus menurut elips-elips mereka yang sudah ditentukan untuk selama-lamanya atau bagaimanapun hingga akhir segala sesuatu. Bintang-bintang untuk selama-lamanya terpancang dan tidak dapat berpoindah dari tempat-tempat mereka, saling menahan satu sama lain di tempat masing-masing itu karena "gaya-berat semesta." Bumi telah bertahan tanpa perubahan apapun sejak keabadian atau --jika anda lebih menyukainya-- sejak saat penciptaannya. "Kelima benua" zaman sekarang itu telah selamanya ada, dan benua-benua itu selamanya dengan gunung-gunung, lembah-lembah dan sungai-sungai serta iklim-iklim mereka, flora dan fauna yang ksama, kecuali dan sejauh terjadinya perubahan atau transplantasi oleh tangan manusia. Spesies tanaman dan binatang, telah ditetapkan sekali dan untuk selamanya ketika mereka lahir; yang serupa secara terus-menerus menghasilkan yang serupa itu pula, dan sungguh luar-biasa bagi Linnaeus dengan pengakuannya bahwa di sana sini mungkin sekali spesies baru telah lahir lewat persilangan. Dibandingkan dengan sejarah kemanusiaan yang berkembang dalam waktu, maka pada sejarah alam dianggap terjadinya suatu penghamparan dalam ruang saja. Semua perubahan, semua perkembangan dalam alam, diingkari, dinegasi. Ilmu alam, yang begitu revolusioner pada awal-mulanya, tiba-tiba mendapatkan dirinya dihadapkan pada suatu alam yang sama-sekali konservatif, di mana segala sesuatu itu dewasa ini adalah seperti adanya pada permulaan dan di mana--hingga akhir dunia atau untuk selama-lamanya-- segala sesuatu itu akan tetap sebagaimana adanya sejak awal.
Betapapun tingginya ilmu alam pada paroh pertama abad ke delapan-belas itu berada di atas zaman kuno Yunani dalam pengetahuan dan bahkan dalam penyaringan materialnya, ia masih berada di bawahnya dalam hal penguasaan material itu secara ideologikal, dan pandangan umumnya mengenai alam. Bagi para filosof Yunani, dunia itu pada hakekatnya merupakan sesuatu yang telah timbul dari khaos (kekacau-balauan), sesuatu yang telah berkembang, sesuatu yang telah menjadi. Bagi ilmuwan-ilmuwan alam periode yang kita bicarakan itu, dunia itu adalah sesuatu yang menulang (mengeras), sesuatu yang tidak dapat berubah, dan bagi kebanyakan dari mereka itu sesuatu yang telah dijadikan (dibuat) dengan sekali pukul. Ilmu pengetahuan masih terlibat (terperangkap) dalam sekali dalam teologi. Di mana-mana ia mencari dan menemukan suatu impuls dari luar sebagai hal hakiki yang tidak dapat dijelaskan dari alam itu sendiri. Bahkan apabila daya-tarik (atraksi), yang dengan gagah-gagahan ditahbiskan oleh Newton "gaya-berat semesta," dipahami sebagai suatu sifat hakiki dari materi, dari manakah datangnya kekuatan tangensial (yang meninggalkan pusat) yang tidak dapat dijelaskan itu dan yang melahirkan orbit-orbit planet-planet? Dan bagaimana, di atas segala-galanya, kelahiran manusia itu, karena betapapun telah pasti bahwa manusia tidaklah berada sejak keabadian? Atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu ilmu alam terlalu sering menjawab dengan mempertanggung-jawabkan itu pada pencipta segala sesuatu. Copernicus, pada awal periode itu, menyingkirkan semua teologi; Newton menutup periode itu dengan mendalilkan suatu impulse adikodrati pertama. Gagasan umum tertinggi yang telah dicapai oleh ilmu alam ini yalah mengenai terdapatnya maksud-tujuan pada pengaturan alam itu, teleologi dangkal dari Wolff, yang menyatakan bahwa kucing diciptakan untuk memangsa tikus, tikus untuk dimakan kucing, dan seluruh alam yalah untuk membuktikan kearifan sang pencipta. Yang paling bernilai dari filosofi periode itu yalah bahwa ia tidak sampai membiarkan dirinya disesatkan (dilanturkan) oleh keadaan ilmu pengetahuan alam sezaman yang terbatas itu, bahwa --dari Spinoza hingga kaum materialis Perancis yang besar itu--ia bersikeras menjelaskan dunia dari dunia itu sendiri dan membiarkan pembenarannya secara terperinci pada ilmu alam masa-depan.
Aku memasukkan kaum materialis abad ke delapan-belas dalam periode ini karena tidak tersedia material ilmiah yang alamiah bagi mereka itu kecuali yang dilukiskan di atas. Karya Kant yang amat-menentukan pada zamannya masih merupakan suatu rahasia bagi mereka, dan Laplace baru muncul lama sesudah mereka. Jangan kita lupa bahwa pandangan yang sudah kuno mengenai alam ini, walaupun sudah banyak dibolongi (disanggah kebenarannya) oleh kemajuan ilmu, masih menguasai/mendominasi seluruh paroh pertama abad ke sembilan-belas;*) dan dalam isinya bahkan hingga kini diajarkan di semua sekolahan.a)
Terobosan pertama dalam pandangan mengenai alam yang bagaikan membatu ini tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan alam melainkan oleh seorang filosof. Pada tahun 1755 muncullah karya Kant General Natural History and Theory of the Heavens. Masalah impuls pertama telah disingkirkan; bumi dan seluruh sistem solar muncul sebagai sesuatu yang telah menjadi dalam peredaran waktu. Seandainya mayoritas terbesar para ilmuwan alam tidak begitu enggan dalam berpikir--yang oleh Newton diungkapkan dalam peringatan: Ilmu Fisika, waspadailah metafisika!,-- mereka tentunya, dari penemuan tunggal Kant yang jenius ini, menarik kesimpulan-kesimpulan yang menyelamatkan mereka dari penyimpangan-penyimpangan yang tiada-habis-habisnya dan tersia-sianya waktu dan kerja yang tidak terhitung banyaknya pada arah yang palsu itu. Karena penemuan Kant mengandung titik-tolak bagi semua kemajuan selanjutnya. Apabila bumi itu sesuatu yang telah menjadi, maka keadaan geologikal, geografikal dan klimatiknya sekarang, dan tanaman-tanaman dan binatang-binatangnya secara serupa, mestinya juga sesuatu yang telah menjadi; ia mestinya mempunyai suatu sejarah tidak hanya dalam ko-eksistensi dalam ruang, melainkan juga dalam urutan dalam waktu. Seandainya seketika itu penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut secara tegas dilakukan dalam arah ini, maka ilmu alam itu tentunya jauh lebih maju daripada keadaannya sekarang. Namun, apakah yang dapat diharapkan dari filosofi? Karya Kant tetap saja tanpa hasil-hasil segera, sampai banyak tahun kemudian Laplace dan Herschel menguraikan isinya dan membuktikannya secara lebih terinci, dan dengan begitu secara berangsur-angsur mendapatkan pengakuan bagi "hipotesis kabut-bintang (nebular)" [Nebular hypothesis = hipotesis bahwa benda-benda langit berasal-muasal dari kabut-kabut bintang berpijar]. Penemuan-penemuan berikutnya mendatangkan kemenangan; yang terpenting di antaranya yalah: gerak bintang-bintang tetap itu sendiri, pembuktian suatu zat-antara yang resistant (berlawan) dalam ruang kosmik; bukti yang diberikan oleh analisis spektral mengenai keidentikan kimiawi dari materi kosmik dan terdapatnya massa-massa kabut berpijar seperti yang didalilkan oleh Kant. [Aksi penghambatan pasang dalam olakan (rotation), juga oleh Kant, yang baru sekarang difahami.]
Namun, masih dapat disangsikan apakah mayoritas ilmuwan-ilmuwan alam akan begitu cepat menyadari kontradiksi dari suatu bumi yang berubah padahal dianggap mengandung organisme-organisme kekal (immutable = tidak berubah-ubah), seandainya menyingsingnya konsepsi bahwa alam tidak saja ada, melainkan telah menjadi berada dan menjadi tidak berada, tidak mendapatkan dukungan dari suatu sumber lain. Geologi telah bangkit dan menunjukkan bahwa, lapisan-lapisan bumi tidak saja terbentuk secara berurutan dan didepositkan satu di atas yang lainnya, melainkan juga kulit-kulit (selongsong) dan kerangka-kerangka tulang binatang-binatang yang sudah punah dan pokok-pokok batang, dedaunan dan buah-buahan tanaman-tanaman yang sudah tiada lagi yang terkandung dalam lapisan-lapisan itu. Orang harus menetapkan pikirannya untuk mengakui bahwa tidak hanya bumi sebagai suatu keutuhan, melainkan juga permukaannya yang sekarang dan tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang hidup di atasnya memiliki suatu sejarah dalam waktu. Mula-mula pengakuan itu terjadi dengan penuh keengganan. Teori Cuvier mengenai putaran-putaran (revolutions) bumi adalah revolusioner dalam kata-kata dan reaksioner dalam isinya. Gantinya suatu penciptaan adikodrati tunggal diajukannya suatu deretan penuh tindakan-tindakan penciptaan yang berulang-ulang, menjadikan keajaiban suatu pengungkit hakiki dari alam. Lyell mula-mula menjadikan geologi dapat dimengerti dengan menggantikan revolusi-revolusi dadakan karena suasana-suasana (-hati) sang pencipta dengan efek-efek berangsur-angsur dari suatu transformasi lamban dari bumi.b)
Teori Lyell lebih tidak cocok lagi daripada teori-teori pendahulu-pendahulunya dengan asumsinya mengenai spesies organik yang tetap (konstan). Transformasi bertahap dari permukaan bumi dan semua kondisi kehidupan secara langsung membawa pada transformasi berangsur-angsur dari organisme-organisme dan penyesuaian mereka pada lingkungan yang berubah, pada keaneka-ragaman spesies. Namun tradisi merupakan suatu kekuatan tidak saja dalam Gereja Katolik melainkan juga dalam ilmu pengetahuan alam. Selama bertahun-tahun Lyell sendiri tidak melihat kontradiksi itu, dan murid-muridnya lebih-lebih lagi. Ini hanya dapat dijelaskan oleh pembagian kerja yang sementara itu telah menjadi dominan dalam ilmu alam, yang sedikit banyak membatasi setiap orang pada bidang khususnya, karena hanya ada sedikit saja dari antara mereka yang tidak dilucuti dari suatu pandangan yang menyeluruh.
Dalam pada itu fisika telah maju dengan pesat, dengan hasil- hasilnya secara hampir serentak disimpulkan oleh tiga orang berbeda pada tahun 1842, yang mempunyai arti bersejarah bagi cabang ilmu pengetahuan alam. Mayer di Heilbronn dan Joule di Manchester memperagakan transformasi panas menjadi energi mekanikal dan dari energi mekanikal menjadi panas. Penentuan kesetaraan panas mekanikal menempatkan hasil ini pada kedudukan yang kokoh. Secara serentak, hanya dengan menggalakkan hasil-hasil fisikal secara terpisah-pisah yang sudah dicapai itu, Grove--yang profesinya bukan seorang ilmuwan alam, melainkan seorang pengacara Inggris--telah membuktikan bahwa semua yang dinamakan energi fisikal, energi mekanikal, panas, cahaya, elektrisitas, magnetisme, dan bahkan yang dinamakan energi kimiawi, ditransformasikan yang satu menjadi yang lainnya dalam keadaan-keadaan tertentu tanpa kehilangan energi yang timbul, dan dengan demikian membuktikan lebih lanjut--sejalan garis-garis fisikal--azas Descartes bahwa kuantitas gerak yang terdapat di dunia adalah tetap (konstan). Dengan itu maka energi-energi fisikal istimewa, yaitu yang seakan-akan merupakan "spesies" fisika yang tidak berubah-ubah, itu dipecahkan menjadi berbagai-bagai bentuk gerak materi yang didiferensiasi, saling-beralih yang satu menjadi yang lainnya menurut hukum-hukum tertentu. Keberadaan sekian dan sekian banyak energi fisikal secara kebetulan dilenyapkan dari ilmu pengetahuan oleh bukti saling-hubungan saling-hubungan dan peralihan-peralihan (transisi) mereka. Ilmu fisika, seperti astronomi sebelumnya, telah sampai pada suatu hasil yang tidak-dapat-tidak menunjuk pada daur materi secara abadi dalam gerak sebagai kesimpulan terakhir.
Perkembangan ilmu kimia yang pesat dan mengagumkan sejak Lavoisier, dan teristimewa sejak Dalton, telah menyerang konsepsi-konsepsi lama mengenai alam dari suatu aspek lain. Preparasi dengan bahan-bahan majemuk inorganik yang hingga saat itu hanya diproduksi dalam organisme yang hidup membuktikan bahwa hukum-hukum kimia mempunyai keberlakuan yang sama bagi benda-benda organik maupun inorganik, dan hingga jauh menjembatani jurang antara alam inorganik dan organik, suatu jurang yang menurut anggapan Kant selamanya tidak dapat dilewati.
Akhirnya, juga di bidang penelitian biologikal, terutama perjalanan-perjalanan dan ekspedisi-ekspedisi ilmiah yang secara sistematikal telah diorganisasi sejak pertengahan abad yang lalu, semakin tuntasnya eksplorasi koloni-koloni Eropa di semua bagian dunia oleh ahli-ahli yang tinggal di tempat-tempat itu, dan selanjutnya kemajuan palaeontologi, anatomi, dan fisiologi pada umumnya, khususnya sejak penggunaan mikroskop secara sistematik dan penemuan sel, telah mengakumulasi begitu banyak bahan sehingga penterapan metode perbandingan (komparatif) menjadi mungkin dan sekaligus diharuskan. ["Embriologi."] Di satu pihak, kondisi-kondisi kehidupan berbagai flora dan fauna ditentukan lewat geografi fisikal komparatif; di lain pihak, berbagai-bagai organisme diperbandingkan satu sama lain menurut organ-organ yang sama-hubungan (homolog), dan ini tidak saja dalam kondisi mereka yang matang melainkan pada semua tahap perkembangan mereka. Semakin mendalam dan cermat penelitian ini dilaksanakan, semakin buyar sistem yang kaku dari sifat organik yang tetap tak-dapat-berubah itu pada sentuhannya. Tidak saja spesies tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang terpisah-pisah itu menjadi semakin menyatu tidak-dapat dibeda-bedakan, tetapi muncul binatang-binatang, seperti amfioksus (amphioxus = lancelet. Binatang kecil seperti ikan, kira-kira panjang 5 sentimeter, ditemukan di samudera-samudera India dan Pasifik dekat pantai semenanjung Malaya dan Jepang, di Lautan Tengah dan Laut Hitam, dan di lain-lain tempat. Ia merupakan suatu bentuk peralihan dari binatang- binatang tidak-bertulang-belakang menjadi yang bertulang-belakang.) dan lepidosiren (Lepidosiren; ikan berparu-paru, yang dilengkapi dengan insang-insang dan paru-paru, ditemukan di Amerika Selatan), yang membuyarkan semua klasifikasi sebelumnya,c) dan akhirnya organisme-organisme yang dijumpai tanpa dapat dipastikan apakah mereka termasuk dunia tanaman atau dunia hewan. Semakin lama semakin banyak kekosongan dalam rekaman palaeontologikal terisi, memaksa bahkan yang paling berenggan-enggan mengakui adanya kesejalanan yang mencolok antara sejarah evolusioner dunia organik dalam keseluruhannya dan dari organisme individual, benang Ariadne yang akan memandu untuk keluar dari labirin yang di dalamnya botani dan zoologi tampak semakin lama semakin tersesat. Sungguh karakteristik bahwa, hampir serentak dengan serangan Kant terhadap kekekalan sistem solar, C.F.Wolff pada tahun 1759 melancarkan serangan pertama terhadap ketetapan (keterpancangan) spesies dan memproklamasikan teori mengenai keturunan (asal-usul). Namun yang pada Wolff hanya merupakan suatu antisipasi yang cemerlang, mendapatkan wujudnya yang kokoh di tangan Oken, Lamarck, Baer, dan secara gemilang dilanjutkan oleh Darwin pada tahun 1850, tepat 100 tahun kemudian. Hampir secara serentak telah dibuktikan bahwa protoplasma dan sel itu, yang sudah dibuktikan menjadi pembentuk dasar morfologikal yang paling menentukan dari semua organisme, timbul sebagai bentuk-bentuk organik paling rendah yang hidup secara mandiri. Hal ini tidak saja mengurangi jurang antara alam inorganik dan alam organik hingga pada minimumnya, melainkan menyingkirkan salah salah kesulitan paling hakiki yang sebelumnya merintangi jalan teori mengenai keturunan (asal-usul) organisme-organisme itu. Konsepsi baru mengenai alam telah lengkap dalam ciri-ciri utamanya: semua kekejuran telah buyar, semua keterpancangannya buyar, semua kekhususannya yang dianggap kekal telah menjadi sementara, keseluruhan alam dibnuktikan sebagai bergerak dalam perubahan dan daur-daur abadi.
_________
Dengan demikian kita sekali lagi telah kembali pada cara pemikiran pendiri-pendiri besar dari filosofi Yunani: bahwa seluruh alam, dari benda yang paling kecil hingga yang paling besar, dari butir-butir tanah pasir hingga matahar-matahari, dari Protista hingga manusia, mempunyai keberadaannya dalam menjadi-berada dan menjadi-tidak-berada secara abadi, dalam perubahan yang terus-menerus, dalam gerak dan perubahan tanpa-henti-hentinya. Namun dengan perbedaan hakiki bahwa yang bagi orang-orang Yunani adalah suatu intuisi yang menakjubkan adalah dalam hal kita hasil penelitian ilmiah yang seketat-ketatnya berdasarkan pengalaman, dan karenanya tampil dalam bentuk yang lebih pasti dan jelas. Memang, bukti empirikal mengenai gerak siklikal (cyclical = daur) tidaklah sepenuhnya bebas dari kesenjangan-kesenjangan, namun itu tidaklah banyak berarti jika dibandingkan dengan yang sudah ditegakkan secara kokoh, dan setiap tahun demi tahun mereka menjadi semakin diisi. Dan bagaimana bukti secara terinci itu dapat selengkap-lengkapnya bila diingat bahwa cabang-cabang ilmu pengetahuan yang paling mendasar --astronomi trans-planeter, ilmu kimia, geologi-- memiliki keberadaan ilmiah yang cuma hampir seratus tahun usianya, dan metode komparatif dalam fisiologi baru limapuluh tahun, dan bahwa bentuk dasar dari hampir semua perkembangan vital, yaitu sel itu, merupakan suatu penemuan yang belum sampai empatpuluh tahun usianya!
_________
Matahari-matahari dan sistem-sistem soal yang tidak terhitung banyaknya dari pulau kosmik kita, yang dibatasi oleh cincin-cincin perbintangan yang paling jauh-di-luar Bimasakti, yang dikembangkan oleh kontraksi(pemadatan) dan pendiginan massa-massa uap yang memijar dan berpusingan, hukum-hukum gerak yang daripadanya barangkali akan terungkap setelah pengamatan-pengamatan selama beberapa abad, telah memberikan kepada kita suatu wawasan mengenai gerak bintang-bintang itu sendiri. Jelaslah bahwa perkembangan ini tidak berlangsung dalam laju yang sama. Keberadaan matahari-matahari gelap --tidak saja benda-benda planeter-- yaitu matahar-matahari yang mati dalam sistem perbintangan kita, semakin mengesankan dirinya pada astronomi (Madler); di lain pihak (menurut Secchi), sebagian dari kabut bintang yang serba-uap itu termasuk dalam sistem perbintangan kita sebagai matahar-matahari yang belum selesai, dengan demikian tidaklah dimustahilkan bahwa kabut-kabut bintang lainnya, seperti ditegaskan oleh Madler, adalah pulau-pulau kosmik mandiri yang jauh jaraknya, dengan tahap perkembangan relatif yang mesti ditentukan dengan spektroskop.
Bagaimana suatu sistem soal berkembang dari suatu massa nebular terpisah telah dibuktikan secara terinci oleh Laplace dengan suatu cara yang belum ada tandingannya; ilmu pengetahuan berikutnya semakin memperkuatnya.
Pada benda-benda (alam) terpisah yang terbentuk dengan cara itu --matahar-matahari maupun planet-pelanet dan satelit-satelit-- maka bentuk gerak materi yang lebih dulu berlaku yalah yang kita namakan panas itu. Tidak diragukan lagi mengenai majemuk-majemuk kimiawi unsur-unsur itu bahkan pada suatu suhu seperti itu masih dimiliki oleh matahari; hingga sejauh mana panas ditransformasi menjadi elektrisitas atau magnetisme dalam kondisi-kondisi seperti itu akan dibuktikan oleh pengamatan-pengamatan solar secara terus-menerus; boleh dikatakan sudah terbukti bahwa gerak mekanikal yang berlangsung di atas matahari semata-mata ditimbulkan oleh konflik antara panas dengan gaya-berat.
Semakin kecil benda-benda terpisah itu, semakin cepat mereka mendingin. Satelit-satelit, asteroid-asteroid dan meteor-meteor terutama, presis seperti bulan kita telah lama mati. Planet-planet itu secara lebih lama (lambat), dan benda pusatnya yang paling lama (lambat).
Dengan berlangsungnya pendinginan, maka saling pengaruh- mempengaruhi bentuk-bentuk fisikal dari gerak yang menjadi saling-bertransformasi satu menjadi yang lainnya semakin berperan, hingga akhirnya tercapai suatu titik di mana daya-gabung kimiawi mulai semakin menyata, maka unsur-unsur yang tadinya secara kimiawi sama menjadi berdiferensiasi, secara kimiawi, secara berurutan satu demi satu, memperoleh sifat-sifat kimiawi, dan memasuki keterpaduan satu sama lainnya. Kombinasi-kombinasi itu secara terus-menerus berubah-ubah dengan menurunnya suhu, yang secara berbeda-beda mempengaruhi tidak saja setiap unsur melainkan juga setiap kombinasi unsur-unsur , yang juga berubah dengan peralihan berikutnya dari sebagaian materi serba-gas itu mula- mula menjadi keadaan cair dan kemudian menjadi keadaan padat, dan dengan kondisi baru yang diciptakan dengan demikian itu.
Periode ketika planet mempunyai kulit yang kokoh dan akumulasi air di atas permukaannya bertepatan dengan periode ketika panas kandungannya semakin berkurang dalam perbandingan dengan panas yang dikeluarkan padanya dari badan-pusatnya. Atmosfernya menjadi medan gejala-gejala meteorologikal dalam artian yang menjadi pemahaman kita sekarang mengenai dunia; permukaannya menjadi medan perubahan-perubahan geologikal di mana deposit-deposit yang dihasilkan oleh hujan (pengendapan) atmosferik semakin berdominasi atas efek-efek eksternal cairan internal yang berpijar yang pelan-pelan berkurang itu.
Akhirnya, apabila suhu menjadi sedemikian sepadan bahwa, sekurang-kurangnya hingga suatu bagian besar permukaannyta ia tidak melampaui batas-batas di mana albumen dapat hidup, maka, jika prasyarat-prasyarat kimiawi lainnya menguntungkan, terbentuklah protoplasme hidup itu. Apa gerangan prasyarat-prasyarat itu kita masih belum tahu, dan ini tidak perlu diherankan karena hingga sejauh ini bahkan rumusan kimiawi dari albumen belum dibuktikan -- kita bahkan tidak mengetahui ada berapa banyak benda-benda serba-albumin yang secara kimiawi berbeda-beda itu -- dan karena baru kurang-lebih sepuluh tahun yang lalu telah diketahui kenyataan bahwa albumen-albumen kyang sama-sekali tidak berstruktur menjalankan semua fungsi hakiki dari kehidupan: pencernaan, pengeluaran kotoran, gerak, pemadatan, reaksi pada rangsangan, dan pengembang-biakan. Mungkin beribu-ribu tahun mesti berlalu sebelum lahir kondisi di mana kemajuan berikutnya akan terjadi dan albumen yang tidak berbentuk itu menghasilkan sel pertama lewat pembentukan inti dan selaput. Namun sel pertama itu juga memberikan landasan bagi perkembangan morfologikal dari seluruh dunia organik; yang pertama berkembnang --yang dapat diperkirakan dari seluruh analogi rekaman palaeologikal, adalah species protista non-selular dan selular yang tidak terhitung banyaknya, dan yang dipadanya hanyalah Eozoon canadense [Eozoon canadense: suatu mineral yang ditemukan di Kanada yang lazim dipandang fosil-fosil dari organisme murba paliong awal. Pada tahun 1878 Karl Mobius membuktikan tidak-benarnya asal-muasal organik dari mineral itu) saja yang sampai pada kita, dan yang beberapa di antaranya secara berangsur-angsur berdiferensiasi menjadi tanaman-tanaman pertama dan yang lain-lainnya menjadi binatang-binatang pertama. Dari dari binatang-binatang pertama itu berkembanglah, pada dasarnya melalui diferensiasi lebih lanjut, banyaknya golongan, tingkatan, keluarga, genera dan species binatang-binatang; dan akhirnya binatang-binatang bertulang-belakang, bentuk di mana sistem persyarafan mencapai perkembangan penuhnya; dan dari antara itu kembali yang paling terakhir yalah binatang bertulang-belakang yang padanya alam mencapai kesadaran akan dirinya sendiri - manusia.
Manusia, juga, lahir lewat diferensiasi. Tidak saja secara individual, yang didiferensiasikan dari sel telur tunggal pada organisme paling rumit yang dihasilkan oleh alam--tidak, juga secara historikal. Ketika, setelah beribu-ribu tahun pergulatan, diferensiasi tangan dari kaki, dan sikap tegak, akhirnya diwujudkan, maka manusia menjadi berbeda dari kera dan landasan telah diletakkan bagi perkembangan pengucapan kata dan perkembangan perkasa dari otak yang sejak itu menjadikan jurang antara manusioa dan kera tidak terjembatani lagi. Pengkhususan (spesialisasi) tangan--ini berarti alat, dan alat itu secara khusus berarti kegiatan manusia, reaksi manusia yang mentransformasi alam, produksi. Binatang-binatang dalam artian lebih sempit juga memiliki alat-alat, namun sebagai anggota-anggota badan tubuh meeka: semut, lebah, berang-berang; binatang-binatang juga berproduksi, tetapi efek produktif mereka atas alam sekelilingnya dalam hubungan yang tersebut belakangan itu maknanya, hampir tidak ada sama sekali. Hanya manusia yang telah berhasil dalam menerakan capnya pada alam, tidak hanya dengan memindah-mindahkan tanaman- tanaman dan binatang-binatang dari tempat yang satu ke tempat yang lain, melainkan dengan begitu juga mengubah aspek dan iklim tempat tinggalnya, dan bahkan tanaman-tanaman dan binatang-binatang itu sendiri, sehingga konsekuensi-konsekuensi kegiatannya hanya dapat lenyap bersama kemusnahan umum bulat bumi itu. Dan ia telah mencapai ini terutama dan pada hakekatnya dengan menggunakan tangan. Bahkan mesin-uap, sejauh ini alatyuang yang paling kuat untuk mentransformasi alam, bergantung --karena itu sebuah alat--pada tingkat terakhir pada tangan itu. Namun selangkah-demi-selangkah dengan perkembangan tangan juga berkembanglah otak itu; datanglah kesadaran, pertama-tama sekali kesadaran akan kondisi-kondisi bagi produksi berbagai hasil yang secara praktikal berguna, dan kemudian, di antara bangsa-bangsa yang lebih diuntungkan dan dari yang terdahulu lahirlah wawasan mengenai hukum-hukum alam yang menguasai semua itu. Dan dengan semakin cepat bertumbuhnya pengetahuan mengenai hukum-hukum alam, maka cara dan alat untuk mereaksi pada alam juga bertumbuh; tangan saja tidak akan pernah mencapai mesin uap jika otak manusia tidak berkembang secara saling-berhubungan dengan dan sejajar dengannya, dan untuk sebagian berhutang padanya. Dengan manusia kita memasuki sejarah. Binatang-binatang juga mempunyai sejarah, yaitu mengenai derivasi (asal-muasal) dan evolusi bertahap mereka hingga keadaan (status) mereka sekarang. Namun, sejarah ini dibuat untuk mereka, dan sejauh mereka sendiri ikut ambil bagian di dalamnya, ini terjadi di luar pengetahuan atau hasrat mereka. Di lain pihak, semakin jauh makhluk-makhluk manusia terpisah dari binatang-binatang dalam artian lebih sempit perkataan itu, semakin sadar mereka membuat sejarah mereka sendiri, maka semakin berkuranglah pengaruh efekt-efekt diluar-perhitungan dan kekuatan-kekuatan tidak-terkendali atas sejarah ini, dan semakin tepat hasil historikal itu bersesuaian dengan tujuan yang ditentukan sebelumnya. Namun, apabila kita menerapkan ketentuan ini pada sejarah manusia, bahkan hingga pada bangsa-bangsa yang paling berkembang dewasa ini, kita mendapati bahwa masih terdapat suatu ketimpangan luar-biasa antara tujuan-tujuan yang diinginkan dengan hasil-hasil yang dicapai, bahwa efek-efek di luar-perhitungan lebih berdominasi, dan bahwa kekuatan-kekuatan tidak- terkendali itu jauh lebnih kuat daripada yang digerakkan menurut rencana. Dan ini semua tidak bisa lain selama kegiatan historikal manusia yang paling hakiki,--yaitu yang mengangkat mereka dari kebinatangan pada kemanusiaan dan yang merupakan landasan material dari semua aktivitas mereka lainnya, yaitu produksi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, yaitu dewasa ini, produksi sosial--, terutama ditundukkan pada saling-pengaruh efek-efek yang tidak sengaja dari kekuatan-kekuatan yang tidak-terkendalikan dan mencapai tujuan yang dihasratkan hanya dengan jalan pengecualian dan, yang lebih sering terjadi, justru kebalikannya. Di negeri- negeri industrial yang paling maju kita telah meredakan kekuatan-kekuatan alam dan menjadikannya melayani kemanusiaan; dengan itu kita telah melipat-gandakan produksi secara tak- terbatas, sehingga seorang abnak kini memproduksi lebih daripada yang dulunya diproduksi oleh lebih daripada seratus orang dewasa. Dan apakah konsekuensinya? Meningkatnya kerja-lembur dan bertambahnya kesengsaraan massa banyak, dan setiap sepuluh tahun suatu keambrukan (-ekonomi) besar. Darwin tidak menyadari betapa telah ditulisnya sebuah satire yang pahit mengenai kemanusiaan, dan khususnya sesamanya senegeri, ketika ditunjukkannya bahwa persaingan bebas, perjuangan untuk hidup, yang oleh para ahli ekonomi dirayakan sebagai hasil historikal paling tinggi, adalah keadaan normal suatu kerajaan hewani. Hanya pengorganisasian produksi sosial secara sadar, di mana produksi dan distribusi dijalankan secara berencana, yang dapat mengangkat kemanusiaan di atas dunia hewani selebihnya secara sosial sebagaimana produksi pada umumnya telah melakukan ini bagi manusia khususnya. Perekembangan historikal menjadikan pengorganisasian seperti itu semakin lama semakin diharuskan, namun semakin lama juga semakin mungkin. Dari situlah akan dimulai suatu zaman sejarah yang baru, di mana kemanusiaan sendiri, dan dengan kemanusiaan semua cabang kegiatannya, dan teristimewa ilmu alam, akan mengalami suatu kemajuan yang akan menjadikan segala sesuatu yang telah mendahuluinya meluntur ke dalam ketiadaan-arti sama sekali.
Namun begitu, semua yang telah menjadi berada sudah sewajarnya akan musnah. Berjuta-juta tahun boleh berlalu, ratus ribu generasi dilahirkan dan mati, namun secara tidak dapat dihindarkan akan tiba waktunya manakala jatuhnya (turunnya) kehangatan matahari tidak akan mencukupi lagi untuk mencairkan es yang mendesakkan dirinya sendiri keluar dari kutub-kutub; ketika bangsa manusia, yang semakin banyak berkerumun di sekitar khatulistiwa, akhirnya tidak mendapatkan kehangatan yang secukupnya bagi kehidupan; ketika secara berangsur-angsur bahkan sisa-sisa terakhir kehidupan organik akan melenyap; dan bumi, sebuah bulatan dingin-membeku seperti bulan, telah mati, akan memutari --dalam kegelapan paling pekat dan dengan orbit yang semakin mengecil--matahari yang juga sudah mati, dan pada akhirnya jatuh ke dalamnya. Planet-planet telah mendahuluinya, planet-planet lain akan menyusul; gantinya sistem solar yang panas, yang cerah itu, dengan pengaturan (penataan) anggota-anggotanya secara serasi, cuma sebuah bulatan (sfera) dingin dan mati yang masih menempuh jalannya yang sunyi-senyap di ruang kosmik itu. Dan yang terjadi pada sistem solar kita akan terjadi pula, cepat atau lambat, pada semua sistem lainnya dari pulau kosmik kita, akan terjadi pada semua dari semua pulau-pulau kosmik lainnya yang tidak terhitung banyaknya, bahkan pada yang cahayanya tidak akan pernah mencapai bumi selagi di atas bumi itu masih terdapat penglihatan manusia hidup untuk menangkapnya.
Dan apabila suatu sistem solar seperti itu telah menyelesaikan sejarah hidupnya dan berpasrah pada nasib segala sesuatu yang terbatas, yaitu kematian, lalu apa? Apakah mayat matahari menggelinding terus secara abadi sebagai suatu mayat melalui ruang tak-terhingga, dan semua kekuatan-kekuatan alam yang didiferensiasi dalam keaneka-ragaman secara tak-terhingga itu beralih untuk selama-lamanya menjadi satu bentuk gerak tunggal, yaitu daya-tarik-menarik? Atau--sebagaimana ditanyakan oleh Secchi--adakah terdapat kekuatan-kekuatan dalam alam yang dapat mengubah kembali sistem mati itu kepada keadaan asli suatu kabut-bintang berpijar dan membangunkannya kembali pada kehidupan baru? Kita tidak tahu.
Bagaimanapun, kita tidak mengetahui dalam artian sebagaimana kita mengetahui bahwa 2 x 2 = 4 atau bahwa daya-tarik materi meningkat atau berkurang sesuai pada pangkat-dua jarak itu. Namun, dalam ilmu pengetahuan alam teoretikal, yang sejauh-jauh mungkin membangun pandangannya mengenai alam menjadi suatu keseluruhan yang serasi, dan yang tanpa itu dewasa ini bahkan kaum empirisis yang paling tidak berpikir pun tidak akan dapat mencapai apapun, kita amat sering harus menghadapi kekibaran-kekibaran (magnitude) yang tidak diketahui secara lengkap; dan kebulatan pikiran logikal harus selalu membantu mengatasi pengetahuan yang keliru. Ilmu alam modern dipaksa mengoper azas mengenai kelanggengan gerak dari filsafat; ia tidak mungkin bertahan tanpa azas ini. Namun gerak materi bukan cuma gerak mekanikal yang kasar saja, bukan cuma perubahan tempat saja; ia adalah panas dan cahaya, tegangan elektrik dan magnetik, perpaduan dan pemisahan kimiawi, kehidupan dan, akhirnya, kesadaran. Untuk mengatrakan bahwa materi selama seluruh waktu keberadaannya yang tak-terbatas telah hanya sekali, dan selama yang merupakan suatu periode singkat yang tak-terhingga kecilnya dalam perbandingan dengan kekekalannya, mendapatkan dirinya mampu mendiferensiasikan geraknya dan dengan begitu mengungkapkan seluruh kekayaan gerak ini, dan bahwa sebelum dan sesudah ini tetap terbtas untuk selama-lamanya pada hanya perubahan tempat belaka--ini adalah setara dengan mempertahankan bahwa materi itu dapat-mati (tidak abadi) dan gerak itu tidak kekal.
Kelanggengan materi tidak cuma kuantitatif belaka, ia juga mesti difahami secara kualitatif; materi yang perubahan (perpindahan) tempatnya yang semurninya mekanikal itu memang mencakup kemungkinan untuk ditransformasi di dalam kondisi-kondisi yang menguntungkan menjadi panas, elektrisitas, aksi kimiawi, kehidupan, namun yang tidak mampu menghasilkan kondisi-kondisi ini dari dirinya sendiri, maka materi seperti itu telah kehilangan (mengorbankan) gerak; gerak yang telah kehilangan kapasitas untuk ditransformasi menjadi berbagai bentuk yang cocok baginya memang masih dapat memiliki dinamika (dynamis=potensialitas) namun tidak ada lagi energia (energia=daya-guna/keefektivan). dan dengan demikian telah menjadi hancur sebagian. Namun, kedua-dua hal itu tidaklah masuk akal.
Ini semua sudah jelas: pernah ada waktunya ketika materi pulau kosmik kita telah mentransformasi suatu kuantitas gerak seperti itu --dari jenis apa, itu belum kita ketahui-- menjadi panas agar daripadanya dapat dikembangkan sistem-sistem solar yang mencakup (menurut Madler) paling sedikit duapuluh juta bintang, yang kepunahannya secara berangsur telah pula menjadi pasti.
Bagaimanakah transformasi itu terjadi? Pengetahuan kita akan hal itu sama sedikitnya seperti Romo Secchi mengetahui apakah caput mortuum (Caput mortuum: secara harfiah - kepala mati; di sini dalam arti sisa-sisa yang mati.) sistem solar kita akan pernah berubah kembali menjadi bahan mentah bagi sistem-sistem solar baru. Namun, di sini kita mesti lari pada suatu pencipta atau kita terpaksa mesti menyimpulkan bahwa bahan mentah berpijar bagi sistem-sistem solar pulau kosmik kita telah diproduksi secara alamiah melalui transformasi-transformasi gerak yang merupakan sifat pembawaan materi bergerak, dan yang kondisi-kondisinya, karenanya, mesti direproduksi oleh materi, sekalipun setelah berjuta-juta tahun, kurang-lebih secara kebetulan, namun dengan keharusan yang juga menjadi pembawaan dalam kekebetulan.
Kemungkinan transformasi seperti itu kini semakin diakui. Sedang dicapai pandangan bahwa benda-benda langit pada akhirnya ditakdirkan akan tenggelam yang satu ke dalam yang lain, dan orang bahkan memperhitungkan jumlah panas yang mesti dikembangkan pada benturan-benturan seperti itu. Tiba-tiba menyalanya bintang- bintang baru, dan peningkatan yang sama tiba-tibanya dalam kecerahan bintang-bintang yang sudah dikenal, yang diberitahukan kepada kita oleh para ahli astronomi, paling mudah dijelaskan dengan adanya benturan-benturan seperti itu. Kelompok planet-planet kita tidak saja bergerak mengitari matahari, dan matahari kita di dalam pulau kosmik kita, tetapi seluruh pulau kosmik kita juga bergerak dalam ruang dalam keseimbangan relatif sementara dengan pulau-pulau kosmik lainnya, karena bahkan keseimbangan relatif dari benda-benda yang mengapung bebas hanya ada jika gerak itu ditentukan secara timbal-balik; dan sudah diasumsikan oleh banyak pihak bahwa suhu dalam ruang kosmik tidaklah sama di semua tempat. Akhirnya, kita mengetahui bahwa, kecuali suatu bagian yang teramat kecil, panas matahari-matahari yang tidak terhitung banyaknya dari pulau kosmik kita menhilang ke dalam ruang dan gagal meningkatkan suhu ruang kosmik bahkan dengan sepersejuta derajat sentigrad. Apakah yang terjadi dengan semua kuantitas panas ini? Apakah ia untuk selamanya dihambur-hamburkan dalam usaha memanaskan ruang kosmik, apakah ia telah berhenti berada secara praktikal, dan apakah ia terus berada hanya secara teoretikal, pada kenyataan bahwa ruang kosmik telah menjadi lebih panas dengan sepecahan desimal derajat yang didahului dengan sepuluh atau lebih nol? Suatu asumsi seperti itu mengingkari kelanggengan gerak; ia mengakui kemungkinan bahwa dengan berturut-turut tenggelamnya benda-benda kosmik yang satu ke dalam yang lainnya maka semua gerak mekanikal yang ada akan berubah menjadi panas dan yang tersebut belakangan dipancarkan ke dalam ruang kosmik, sehingga dengan segala kelanggengan kekuatan semua gerak pada umumnya akan berhenti. (Secara kebetulan terlihat di sini betapa tidak-tepatnya istilah: kelanggengan kekuatan, sebagai gantinya : kelanggengan gerak.) Karena itulah kita sampai pada kesimpulan bahwa dengan suatu cara tertentu, yang pada suatu waktu di kelak-kemudian akan menjadi tugas ilmu alam untuk membuktikannya, panas yang dipancarkan ke dalam ruang kosmik mesti dapat ditransformasikan menjadi suatu bentuk gerak lain, di mana ia sekali lagi dapat disimpan dan menjadi aktif. Dengan demikian maka kesulitan pokok dalam pengubahan kembali matahari-matahari yang mati menjadi uap berpijar lenyaplah sudah.
Untuk yang selebihnya, pergantian dunia-dunia berulang-ulang secara kekal dalam waktu tak-terhingga itu cuma merupakan pelengkap logikal pada keberadaan-bersama dunia-dunia yang tidak terhitung jumlahnya di dalam ruang tak-terhingga -- suatu azas yang keharusannya bahkan terpaksa diakui oleh otak Yankee seorang Draper yang anti-teoretikal itu. [Keserba-ragaman dunia-dunia dalam ruang tak-terhingga melahirkan konsepsi mengenai pergantian-pergantian dunia-dunia dalam waktu tak-terhingga. J.W.Draper, Hist.Int.Devel. II. - History of the Intellectual Development of Europe.]
Itu adalah suatu daur abadi yang di dalamnya materi bergerak, suatu daur yang secara pasti menyelesaikan orbitnya dalam periode-periode waktu yang untuknya tahun bumi kita tidak mencukupi sebagai tolok-ukurnya, suatu daur di dalam mana waktu perkembangannya yang tertinggi, waktu kehidupan organik, dan lebih-lebih lagi dari kehidupan makhluk-makhluk yang sadar akan diri mereka sendiri dan akan alam, hampir sama tidak terbaginya seperti ruang yang di dalamnya kehidupan dan kesadaran-diri beroperasi; suatu daur di dalam mana setiap cara keberadaan materi secara terbatas, biarpun itu matahari ataupun uap nebular, binatang tunggal atau genus (golongan, jenis) binatang-binatang, perpaduan atau perpisahan kimiawi, adalah sama-sama bersifat sementara, dan di dalamnya tiada suatupun yang abadi, tetapi secara abadi berubah, materi yang bergerak secara abadi dan hukum-hukum gerak dan perubahannya. Namun, betapapun seringnya, dan betapapun tiada- berampunnya, daur itu diselesaikan dalam waktu dan ruang, betapapun berjuta-juta banyak matahari-matahari dan bumi-bumi yang menjadi berada (lahir) dan menjadi tidak-berada (mati), betapapun lamanya waktu sebelum kondisi-kondisi kehidupan organik itu dilahirkan dalam suatu sistem solar, bahkan di atas sebuah planet tunggal, betapapun tidak-terhitung banyaknya makhluk-makhluk organik yang harus mendahului dan lebih dulu hilang berlalu sebelum binatang-binatang dengan sebuah otak yang mampu berpikir berkembang dari tengah-tengah mereka, dan untuk suatu jangka waktu yang singkat mendapatkan kondisi-kondisi yang cocok untuk hidupn, namun untuk kemudian dimusnahkan tanpa ampun, kita mempunyai kepastian bahwa materi secara abadi tetaplah sama di dalam semua transformasinya, bahwa tiada dari atribut-atributnya yang akan pernah hilang, dan karenanya juga, bahwa dengan keharusan sekeras besi yang sama kembali akan dimusnahkannya ciptaannya yang teragung di atas bumi, yaitu akal yang berpikir (thinking mind), ia mesti, di suatu tempat lain dan pada suatu saat lain, kembali melahirkannya.
*****
Catatan:
a) Betapa pandangan ini, bahkan pada tahun 1861, secara ngotot dipertahankan oleh seorang yang karya-karya ilmiahnya telah memberikan bahan yang luar-biasa pentingnya untuk menghapus pandangan itu tadi, dibuktikan oleh kata-kata klasik berikut ini:
"Seluruh pengaturan (tatanan) sistem solar kita, sejauh kita dapat memahaminya, bertujuan melestarikan segala yang ada dan kesinambungan yang tidak berubah-ubah. Tepat sebagaimana sejak zaman paling purba tidak ada binatang dan tidak ada tanaman di atas bumi yang telah menjadi lebih sempurna atau berbeda pada umumnya, tepat sebagaimana kita pada semua organisme hanya mendapati tahap-tahap "secara sejajar" satu sama lain dan tidak "berurutan" satu sama lain, tepat sebagaimana ras kita sendiri selalu tetap sama secara korporeal--maka, bahkan keaneka-ragaman yang paling besar dalam benda-benda kosmik yang sama-sama berada itu tidak akan membenarkan kita untuk menganggap bahwa bentuk-bentuk ini cuma tahap-tahap perkembangan yang berbeda-beda belaka; sebaliknya, segala sesuatu yang tercipta itu masing-masing dan sendiri-sendiri adalah sama sempurnanya." (Madler, Populare Astronomie, Berlin 1861, edisi ke lima, pal. 316) - Buku yang menjadi rujukan itu yalah: J.H. Madler, Der Wunderbau des Weltalls oder populare Astronomie--] (p26)
b) Kekurangan pandangan Lyell --setidak-tidaknya dalam bentuknya yang pertama--terletak dalam pemahaman kekuatan-kekuatan yang bekerja di atas bumi sebagai tetap, tetap dalam kualitas dan kuantitas. Mendinginnya bumi tidak ada bagi Lyell, bumi dipandangnya tidak berkembang pada suatu arah tertentu melainkan cuma berubah dalam cara tidak beraturan, secara kebetulan belaka.
c) [Ceratodus (ikan-berparu-paru yang ditemukan di Australia). Ditto arkaeopteriks (Archaeopteryx: binatang yang sudah punah, prototip dari golongan burung-burung yang sekaligus mempunyai ciri-ciri khas binatang melata) 

Ditulis oleh F. Engels pada tahun 1875-76.

Pertama kali diterbitkan pada tahun 1925
Nb: Silahkan Disebarluaskan