AMANAT PJM PRESIDEN SOEKARNO
AMANAT PJM PRESIDEN SOEKARNO PADA RAPAT UMUM FRONT NASIONAL
DI ISTORA SENAYAN JAKARTA, 13 FEBRUARI 1966
Saudara-saudara dan anak-anakku sekalian,
Saya mulai dengan bertanya, apa benar saudara-saudara semua menganggap saya Pemimpin Besar Revolusi? (Benar, jawab hadirin riuh –red)
Apa benar saudara-saudara semuanya menganggap saya Bapakmu? (Benar, jawab hadirin riuh –red)
Nah, dengarkanlah amanatku ini dengan minat anak kepada amanat Bapak, minat mausia revolusioner terhadap kepada Pemimpin Besar Revolusi.
Saudara-saudara, Saya ini murid dari pada pemimpin-pemimpin lain yang bertugas menggerakkan massa, murid dari almarhum Tjokroaminoto, murid dari juga pemimpin dari luar negeri, murid dari August Bebel, pemimpin Sosialis di Jerman, pemimpin dari Lenin di dalan hal pergerakkan massa, Lenin, Saudara-saudara tahu, pemimpin di Soviet ini, pemimpin juga dari Revolusi Prancis, Mirabeau dan Danton, pemimpin Revolusi Tiongkok, untuk mempersatukan dan menggerakkan seluruh rakyat Tiongkok, Sun Yat Sen, pemimpin daripada Mesir, Mustafa Kamil, jangan dikelirukan dengan Mustafa Kemal dari Turki. Mustafa Kamil ialah yang menggerakkan massa Mesir dan dari pemimpin-pemimpin lain-lain, bahkan murid dari pemimpin Fasis, Adolf Hilter.
Saya murid antara lain, saya tadi berkata dari Adolf Hilter dalam hal begaimana menggerakkan massa, meskipun saya tentu tidak setuju dengan banyak apa yang dikerjakan oleh Adolf Hilter, tapi salah satu pokok dari ajaran mereka, pemimpin-pemimpin ini dalam hal menggerakkan massa ialah jangan memaro tingal mereka, maro tingal, maro itu diparo, dibelah, tingal yaitu pandangan, jangan massa, rakyat dibelah pandangannya, jangan massa diajak memikirkan atau melihat pada sesuatu saat kepada dua hal, atau tiga hal, empat hal, lima hal. Tetapi pusatkan kepada satu, dan kepada satu ini, ini kata Danton, pemimpin Prancis, frappez toijours, frappez, frappez toujours, frappez, frappez toujours, artinya, hayo hantam itu saja berkali-kali.
Ini menjadi ajaran bagiku, segala taktik daripada pemimpin yang saya sebutkan tadi itu, bagaimana caranya menggerakkan massa itu?
Nah, sekarang Saudara-saudara, kita berkumpul disini untuk apa ? untuk apa ? Kan sudah diumumkan menyukseskan Conefo. Malah sebagai tadi dikatakan oleh bapak Chaerul Saleh di dalam usul resolusinya, yang usul resolusinya itu saudara semua terima, yaitu untuk mengutuk perbuatan Amerika Serikat dalam menggempur Vietnam. Untuk menyatakan kepada Presiden Filipina, Ferdinand Marcos bahwa jikalau tetap atau terus Presiden Filipina, Ferdinand Marcos itu mengakui Malaysia, itu berarti menyalahi, tidak setia kepada Manila Agreement yang telah ditandatanggani oleh Presiden Filipina, Diosdado Macapagal, oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno, oleh Tengku Abdul Rahman Putra. Jadi kita sudah tahu ini sidang, ini rapat, rapat umum ini buat apa ? Maka saya minta kepada semua hadirin dan hadirat, konsenter kau punya pikiran hanya kepada itu ! Jangan maro tingal, Saudara-saudara, lha didalam rapat begini mengeluarkan yel keluarkan PKI, ( Akur, jawab hadirin riuh-red ), didalam rapat ini yel pangan dan sandang, ( Akur, jawab hadirin riuh-red ).
Saya minta didalam rapat ini, rapat ini, rapat ini, kita semuanya menkonsenter kita punya pikiran hanya pada penggayangan Malaysia, hanya kepada menentang keputusan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos untu mengakui Malaysia, hanya kepada Amerika Serikat yang telah mengadakan bombardemen-bombardemen di Vietnam, dan hanya kepada kesuksesan Conefo, dan hanya membentuk kepada barisan Soekarno, Jangan paro tingal, jangan paro tingal!.
Tadi dengan tegas, Saudara-saudara, oleh pak Chaerul Saleh dikatakan bahwa penggayangan Malaysia, bahwa pengutukan perbuatan Amerika Serikat di Vietnam, bahwa penentang usaha dari Presiden Marcos untuk mengakui Malaysia, bahwa pembentukan Barisan Soekarno, semuanya itu bersumber harusnya pada persatuan bangsa Indonesia, persatuan bangsa Indonesia, persatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, persatuan bangsa Indonesia dari segala golongan dan alam pikiran.
Tadi dengan tegas, Saudara-saudara, oleh pak Chaerul Saleh dikatakan bahwa penggayangan Malaysia, bahwa pengutukan perbuatan Amerika Serikat di Vietnam, bahwa penentang usaha dari Presiden Marcos untuk mengakui Malaysia, bahwa pembentukan Barisan Soekarno, semuanya itu bersumber harusnya pada persatuan bangsa Indonesia, persatuan bangsa Indonesia, persatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, persatuan bangsa Indonesia dari segala golongan dan alam pikiran.
Pak Chaerul Saleh telah berkata, kalau benar-benar kita berdiri dan memegang teguh kepada Panca Azimat Revolusi, lha pak Chaerul Saleh tadi malahan berkata suksesnya Conefo hanya bias dicapai dengan pikiran atas Panca Azimat Revolusi, maka kita harus menyadari benar-benar akan isi dan kehendak daripada Panca Azimat Revolusi itu, jangan seperti sekarang ini sering dilupakan. Dan pak Chaerul Saleh dengan tegas mengatakan, apa Panca Azimat Revolusi itu? Nomor satu, Nasakom, apalagi mahasiswa-mahasiswa yang sedang tekun belajar harus mengetahui bahwa Bapakmu ini sudah dalam tahun 1925, 1926 lebih tua atau lebih muda daripadamu sekarang ini, tahun 1925, 1926 itu Bapak telah memformulir ide Nasakom, persatuan daripada seluruh golongan Indonesia Satu, ya Nas, ya A, ya Kom.
Demikian pula ditegaskan oleh pak Chaerul Saleh, Pancasila. Syukur alhamdulillah saya lah yang diberi karunia oleh Tuhan. Saya, terus terang ya, ini tidak simpatik, tempo hari tatkala saya berpidato dihadapan Sidang Kabinet Paripurna di Bogor, pada waktu itu saya bicara tentang demontrasi-demontrasi mahasiswa, Saya berkata, isinya permintaan-permintaannya, saya bisa mengerti, tapi caranya saya katakan salah dan tidak sopan, tidak simpatik! Saya berkata, itu tidak berkesesuaian dengan kepribadian Indonesia, karena itu lho nak, saya minta anak berdiri juga dekat anak ini, supaya anak pun mengerti betul-betul apa itu kepribadian Indonesia.
Pancasila demikian pula adalah pemersatu. Hal ini sudah berulang-ulang kukatakan, bahwa tahun 1945 bulan Juni, tatkala aku mempersembahkan Pancasila kepada Sidang Dokuritsu Zunbi Tjosakai, saya telah berkata, inilah pemersatu daripada bangsa Indonesia seluruhnya, dari semua aliran apapun, demikian pula Manipol-USDEK, Membaca pidato Manipo-USDEK.. Demikian pula Tri Sakti, demikian pula Berdikari, semuanya itu harus dijalankan, dilaksanakan dengan persatuan yang kokoh, malahan aku kadang-kadang memakai perkataan Belanda, De samenbundeling van alle revolutionnaire kracbten, samenbundeling daripada semua revolutionnaire kracbten.
Nah ini, Saudara-saudara, sejak dari saya umur 25 tahun, saya sudah bekerja mati-matian untuk samenbundeling semua revolutionnaire kracbten buat Indonesia ini, untuk menggabungkan menjadi satu semua aliran-aliran, golongan-golongan, tenaga-tenaga revolusioner didalam kalangan bangsa Indonesia. Dan sekarang pun usaha ini masih terus saya jalankan dengan karunia Allah SWT.
Saya sebagai Pemimpin Besar Revolusi, sebagai Kepala Negara, sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, saya harus berdiri bukan saja di atas semua golongan, tetapi sebagai kukatakan tadi, berikthtiar untuk mempersatukan semua golongan, ya golongan Nas, ya golongan A, ya golongan Kom. Kita punya kemerdekaan sekarang ini, Saudara-saudara, hasil daripada keringat dan darah ya Nas, ya A, ya Kom, jangan ada pula satu golongan berkata, ooo, ini kemerdekaan ini hanya hasil perjuangan kami, Nas saja. Jangan ada satu golongan berkata, ooo, ini kemerdekaan adalah hasil daripada perjuangan-perjuangan kami, A saja, jangan ada pula golongan yang berkata, kemerdekaan ini hasil daripada perjuangan kami, golongan Kom saja, TIDAK !, Sejak aku masih muda belia, Saudara-saudara, aku melihat bahwa golongan ini semuanya, semuanya membanting tulang, berjuang, bahkan berkorban untuk kemerdekaan Indonesia.
Saya sendiri adalah Nas, tetapi aku, demi Allah, tidak akan berkata kemerdekaan ini hanya hasil daripada perjuangan Nas, aku pun orang agama, bisa dimasukkan ke dalam golongan A, ya pak Saifuddin Zufri, saya ini? Malahan saya ini oleh dunia Islam Internasional, diproklamirkan menjadi Pahlawan Islam dan kemerdekaan, tetapi demi Allah, demi Allah, demi Allah SWT, tidak akan saya berkata bahwa perjuangan kita ini, hasil perjuangan kita, kemerdekaan ini adalah hasil daripada perjuangan A saja.
Demikian pula aku tidak akan mau menutup mata bahwa golongan Kom, masya Allah, Saudara-saudara, urunannya, sumbangannya, bahkan korbannya untuk kemerdekaan bukan main besarnya, bukan main besarnya ! Karena itu kadang-kadang sebagai Kepala Negara saya bisa akui, kalau ada orang berkata bb, Kom itu tidak ada jasanya dalam perjuangan kemerdekaan, aku telah berkata pula berulang-ulang, malahan dihadapan partai-partai yang lain, dihadapan parpol-parpol, diantara semua parpol-parpol, ya baik dari Nas maupun dari A, tidak ada yang telah begitu besar korbannya untuk kemerdekaan Indonesia daripada golongan Kom ini, katakana PKI, Saudara-saudara.
Demikian pula aku tidak akan mau menutup mata bahwa golongan Kom, masya Allah, Saudara-saudara, urunannya, sumbangannya, bahkan korbannya untuk kemerdekaan bukan main besarnya, bukan main besarnya ! Karena itu kadang-kadang sebagai Kepala Negara saya bisa akui, kalau ada orang berkata bb, Kom itu tidak ada jasanya dalam perjuangan kemerdekaan.
Aku telah berkata pula berulang-ulang, malahan dihadapan partai-partai yang lain, dihadapan parpol-parpol, diantara semua parpol-parpol, ya baik dari Nas maupun dari A, tidak ada yang telah begitu besar korbannya untuk kemerdekaan Indonesia daripada golongan Kom ini, katakana PKI, Saudara-saudara.
Aku telah berkata pula berulang-ulang, malahan dihadapan partai-partai yang lain, dihadapan parpol-parpol, diantara semua parpol-parpol, ya baik dari Nas maupun dari A, tidak ada yang telah begitu besar korbannya untuk kemerdekaan Indonesia daripada golongan Kom ini, katakana PKI, Saudara-saudara.
Saya pernah mengalami, saya sendiri lho mengalami, Saudara-saudara, mengantar 2.000 pemimpin PKI dikirim oleh Belanda ke Boven Digul, hayo, parpol lain mana ada sampai 2.000 pemimpinnya sekaligus diinternir, TIDAK ADA ! Saya pernah sendiri mengalami dan melihat dengan mata kepala sendiri, pada suatu saat 10.000 pemimpin daripada PKI dimasukkan di dalam penjara, dan menderita dan meringkuk di dalam penjara yang bertahun-tahun.
Saya Tanya, ya Tanya dengan terang-terangan, mana ada parpol lain, bahkan bukan parpolku, aku pemimpin PNI, aku ya dipenjarakan, ya diasingkan, tetapi PNI pun tidak sebesar itu sumbangannya kepada kemerdekaan Indonesia daripada apa yang telah dibuktikan oleh PKI, Ini harus saya katakana dengan tegas, kita harus adil, Saudara-saudara, adil, adil, adil, sekali lagi adil.
Aku, aku sendiri menerima surat, kataku beberapa kali di dalam pidato, surat daripada pemimpin PKI yang hendak keesokan harinya digantung mati oleh Belanda, yaitu di Ciamis, ya, dengan cara rahasia mereka itu, 4 orang mengirim surat kepada saya, Keesokan harinya akan digantung di Ciamis. Mengirim surat kepada saya bunyinya apa? Bung Karno, besok pagi kami akan dihukum di tiang penggantungan, tapi kami akan jalani hukuman itu dengan ikhlas, oleh karena itu kami berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Kami berpesan kepada Bung Karno, lanjutkan perjuangan kami itu, yaitu perjuangan mengejar kemerdekaan Indonesia.
Jadi aku melihat 2.000 sekaligus ke Boven Digul, berpuluh-puluh sekaligus masuk dalam penjara, dan bukan penjara satu-dua tahun, tetapi ada yang sampai 20 tahun, Saudara-saudara, Aku pernah mengalami seseorang di Sukabumi, saya tanya Bung, hukumanmu berapa ? 54 tahun. Lho bagaimana bisa 54 tahun itu? Menurut pengetahuanku kitab hukum pidana tidak ada menyebutkan lebih daripada 20 tahun. 20 tahun atau seumur hidup atau hukuman mati, itu tertulis di dalam Wetbook Van Strafrecbt, kenapa Bung itu kok 54 tahun ? Ya, pertama kami ini dihukum 20 tahun, kemudian di dalam penjara, kami masih mempropagandakan kemerdekaan Indonesia antara kawan-kawan pesakitan, hukuman. Itu konangan, konangan, ketahuan, saya ditangkap, dipukuli dan penjaga yang memukuli saya itu, saya tikam mati, sekali lagi aku diseret di muka hakim, dapat tambahan lagi 20 tahun, menjadi 40 tahun. Sesudah saya mendapat vonis total 40 tahun, ini saya tidak ada lagi untuk harapan untuk bisa keluar dari penjara, sudah hilang-hilangan hidup saya di dalam penjara ini, saya tidak akan menaati segala aturan-aturan di dalam penjara. Saya di dalam penjara ini terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada satu waktu, saya ketangkap lagi, oleh karena saya berbuat sebagai yang dulu, saya menikam lagi, tapi kali ini tidak mati, tambah 14 tahun, jadi 20 + 20 + 14 = 54 tahun.
Ini dari Minangkabau, Saudara-saudara, Dia itu tiap pagi -subuh sudah sembahyang, dan selnya itu dekat saya, saya mendengar dia punya doa kepada Allah SWT : Ya Allah, Ya Robi, aku akan mati di dalam penjara ini, tetapi bagaimana sembahyangku ini, sholatku ini, maka hidup dan matiku adalah untuk Engkau.
Coba, coba, coba, coba !, lha kok ada sekarang ini golongan-golongan yang berkata bahwa Komunis atau PKI tidak ada jasa di dalam kemerdekaan Indonesia ini, sama sekali TIDAK BENAR !, Aku bisa menyaksikan bahwa diantara parpol-parpol malahan mereka itu yang telah berjuang dan berkorban paling besar !.
Sumber: Revolusi Belum Selesei; kumpulan pidato presiden Soekarno (30 september 1965 – pelengkap nawaksara), Semarang; Mesiass, 2003
0 komentar:
Posting Komentar